(IslamToday ID) – Kerusuhan terjadi di malam ketiga, Senin (25/1/2021) malam, unjuk rasa memprotes jam malam atau peraturan pembatasan sosial (lockdown) untuk memutus rantai penularan virus corona di Belanda. Polisi pun mengambil tindakan dengan menangkap 70 orang dalam kerusuhan tersebut.
Polisi anti huru-hara Kota Rotterdam bentrok dengan sekelompok pengunjuk rasa dan menembakkan water canon ke penjarah. Walikota Rotterdam mengeluarkan dekrit yang memperluas wewenang polisi melakukan penangkapan.
Saat kerusuhan menyebar ke kota-kota yang lebih kecil, polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerumunan massa di Haarlem, Amersfoort, Geleen, dan Den Haag.
Pada hari Selasa (26/1/2021) Aljazeera melaporkan Kepala Polisi Willem Woelders mengatakan hingga Senin pukul 21.00 waktu setempat polisi melakukan 70 penahanan. Melalui cuitannya di Twitter, Kepolisian Kota Geleen mengatakan mereka menghadapi remaja perusuh yang melemparkan petasan.
Perdana Menteri (PM) Mark Rutte mengecam kerusuhan yang ia sebut “kekerasan pidana” di malam sebelumnya. Polisi Belanda mengatakan kerusuhan pada Ahad (24/1/2021) lalu menjadi kerusuhan terburuk dalam 40 tahun terakhir.
Belanda menerapkan jam malam pertama mereka sejak Perang Dunia II. Kebijakan tersebut diterapkan usai Institut Kesehatan Nasional (RIVM) memperingatkan gelombang baru wabah virus corona yang disebabkan varian baru yang berasal dari Inggris. Walaupun jumlah kasus infeksi dalam beberapa pekan terakhir mulai menurun.
Pada hari Senin (25/1/2021) Belanda melaporkan 4.129 kasus baru, terendah sejak Desember lalu. Pelanggar jam malam yang diberlakukan dari pukul 20.00 hingga 04.30 pagi ini dapat didenda 95 euro. Jam malam ini akan berakhir pada 10 Februari mendatang.
Orang yang harus pergi bekerja, menghadiri pemakaman, dan membawa anjingnya jalan-jalan mendapat pengecualian dengan syarat menunjukkan sebuah surat resmi. Belanda menerapkan peraturan pembatasan sosial terketat mereka. Sejak Oktober, negara Eropa itu menutup restoran dan bar, sementara sekolah dan toko non esensial baru ditutup pada bulan Desember.
Foto-foto yang tersebar di media sosial menunjukkan perusuh menjarah toko-toko di Den Bosch. Seorang fotografer di Haarlem terkena lemparan batu bata dari pengunjuk rasa yang marah.
Kepala Serikat Polisi Koen Simmers mengatakan pada stasiun televisi NOS, polisi harus bersiap bila kerusuhan berlanjut. “Saya harap ini hanya terjadi satu kali, tapi saya khawatir ini pertanda untuk beberapa hari dan pekan mendatang,” katanya. [wip]