ISLAMTODAY ID- Sementara Biden menarik pasukannya di Afghanistan dan para pakarnya dengan analisis perkiraan waktu Taliban merebut Kabul, Turki menyiapkan dirinya untuk menjadi pemain utama di negara itu setelah keadaan mereda.
Lebih lanjut, Turki dapat melakukan nkesepakatan dengan Taliban selagi keluarnya AS dari Afghanistan.
Selain itu, Turki menjadi anggota NATO terakhir yang hadir di Afghanistan dengan pasukannya yang masih menjada bandara Internasional Kabul.
Pada hari Rabu (11/8), Presiden Tayyip Erdogan terkejut dan menolak untuk pertama kalinya dengan mengatakan bahwa dia mungkin akan segera bertemu dengan pemimpin Taliban, Haibatullah Akhundzada, di Turki.
Erdogan membuat pernyataan kepada CNN Turk, dan memberikan prospek pertemuan potensial yang kontroversial sebagai bagian dari upaya untuk mengakhiri pertempuran di Afghanistan.
Inilah yang dia katakan menurut terjemahan di Daily Sabah:
“Perkembangan terakhir dan situasi publik Afghanistan benar-benar meresahkan,” ujar Erdogan, seperti dilansir dari ZeroHedge, Rabu (11/8).
“Mungkin saya bahkan akan berada dalam posisi untuk menerima orang yang menjadi pemimpin mereka,” tambah Erdogan, setelah merujuk pada upaya pejabat Turki untuk melakukan pembicaraan dengan Taliban.
Lebih lanjut, bulan lalu Erdogan mengatakan Turki akan mengadakan diskusi dengan Taliban sebagai bagian dari proses perdamaian.
“Mengapa? Karena jika kita tidak mengendalikan hal-hal seperti ini pada tingkat yang tinggi, tidak mungkin untuk mengamankan perdamaian kali ini di Afghanistan,” tambahnya.
Selain itu, dalam pernyataan hari Rabu (11/8), dia juga mengkritik AS karena mendorong sekutu di Afghanistan yang telah bekerja dengan koalisi AS untuk mencari keamanan regional, seperti penerjemah lokal Afghanistan dan personel keamanan (sekarang diancam oleh Taliban dan Islamis lainnya).
Seperti yang dijelaskan oleh Bloomberg tentang komentar pedas:
Turki pada hari Rabu(11/8) mengecam AS karena merekomendasikan warga Afghanistan yang takut akan Taliban untuk mencari suaka di Amerika dari negara ketiga.
“Turki tidak, dan tidak akan, berfungsi sebagai ruang tunggu negara mana pun,” ungkap direktur komunikasi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Fahrettin Altun, mengatakan kepada Bloomberg pada hari Rabu (11/8).
“Kami akan terus melakukan segala daya kami untuk menjaga keamanan perbatasan kami.”
Sementara itu pemerintahan Biden terus menghadapi kritik dan kemarahan atas skala seberapa cepat keadaan memburuk, mengingat seorang pejabat senior UE telah menunjukkan lebih dari 65% bahwa negara itu sekarang berada dalam kendali Taliban, termasuk setidaknya delapan ibu kota provinsi.
Lebih lanjut, seorang mantan duta besar AS terkemuka untuk Afghanistan di bawah pemerintahan Obama, Ryan Crocker, telah melangkah lebih jauh dengan mengecam Biden karena meninggalkan negara yang telah AS habiskan 20 tahun untuk mengamankan musuh-musuh Islam.
“Ini adalah penyerahan kepada Taliban,”ujar Crocker kepada Bloomberg TV, Rabu (11/8).
Dia mengatakan pemerintah nasional yang didukung AS sekarang memahami “benar bahwa kami telah menggantung mereka hingga kering. Kami melakukan kesepakatan dengan musuh mereka.”
(Resa/Bloomberg/ZeroHedge/CNN Turk)