ISLAMTODAY — Tim yang terdiri dari 30 prajurit elit militer Inggris telah dikerahkan ke Ukraina untuk melatih angkatan bersenjatanya dalam penggunaan senjata anti-tank baru, yang diberikan oleh London ke Kiev, demikian menurut laporan saluran TV Inggris, Sky News.
Menurut Sky News, 30 Anggota Resimen Ranger, yang dibentuk akhir tahun lalu sebagai bagian dari Brigade Operasi Khusus yang baru, mendarat di Kiev pekan ini bersama 2.000 unit peluncur rudal anti-tank.
Sumbangan senjata Inggris datang ketika ketegangan tetap tinggi di perbatasan antara Rusia dan Ukraina.
Moskow dituduh mengerahkan 100.000 tentara ke perbatasan, dengan beberapa media Barat dan pejabatnya menyarankan serangan militer sudah dekat.
Namun, Kremlin telah berulang kali membantah rencana dan isu invasi ke Ukraina.
Dengan meningkatnya kekhawatiran perang, militer Ukraina telah melihat pasukan dari Inggris, Polandia, AS, dan Kanada tiba di Kiev untuk memberikan saran.
Senjata yang diduga dikirim oleh London adalah MBT NLAW, sistem rudal anti-tank fire-and-forget yang diproduksi oleh Inggris dan Swedia.
Pengiriman persenjataan datang tak lama setelah Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan kepada Parlemen bahwa Inggris akan memberikan paket bantuan keamanan baru ke Ukraina.
“Biar saya perjelas: dukungan ini untuk kemampuan senjata jarak pendek dan jelas defensif. Itu bukan senjata strategis dan tidak menimbulkan ancaman bagi Rusia,” jelas Ben Wallace.
“Mereka akan digunakan untuk membela diri, dan personel Inggris yang memberikan pelatihan tahap awal akan kembali ke Inggris setelah menyelesaikannya,” pungkasnya.
Pada hari Kamis (20/1), saat dalam perjalanan kerja ke Australia, Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss memperingatkan Rusia bahwa setiap invasi ke Ukraina akan menyebabkan “rawa yang mengerikan dan hilangnya nyawa”.
Menlu Inggris Liz Truss mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk “berhenti dan mundur dari Ukraina. sebelum dia (Rusia) membuat kesalahan strategis yang besar.”
Moskow telah berulang kali membantah rencana untuk menyerang Ukraina.
Bulan lalu, dengan ketegangan yang meningkat, Kementerian Luar Negeri Rusia mengirim proposal ke AS dan NATO untuk perjanjian dengan jaminan keamanan.
Akan tetapi, negosiasi, yang diadakan pada 10 dan 12 Januari, tidak berhasil menemukan syarat untuk kesepakatan.[IZ/RT]