ISLAMTODAY ID – Pakistan akan menjadi tuan rumah sesi ke-48 Dewan Menteri Luar Negeri Organisasi Kerjasama Islam (OKI) pada 22-23 Maret untuk membahas lebih lanjut topik tentang Islamofobia, Afghanistan, Kashmir dan Palestina, menurut Duta Besar Pakistan untuk Turki Muhammad Syrus Sajjad Qazi.
Qazi mengatakan kepada Anadolu Agency dalam sebuah wawancara bahwa sesi tahun ini juga bertepatan dengan parade Hari Pakistan, di mana para menteri luar negeri OKI akan menjadi tamu di acara tersebut juga.
“Pada tahun 1940, Liga Muslim Seluruh India bertemu di Lahore dan memutuskan bahwa Muslim di Asia Selatan pantas dan menginginkan tanah air mereka sendiri yang merdeka. Tujuh tahun kemudian pada 14 Agustus 1947, Pakistan muncul sebagai hasil dari resolusi yang diadopsi pada tahun 1940 pada 23 Maret,” ujar Qazi, seperti dilansir dari Daily Sabah, Selasa (15/3).
Mengenai agenda pertemuan, Qazi mengatakan akan mencakup segala sesuatu yang menarik bagi dunia Muslim, dengan tema tahun ini “Kemitraan untuk persatuan, keadilan dan pembangunan.”
“Tapi secara khusus, Palestina akan dibahas, Kashmir, dan isu penting lainnya untuk berbagai negara anggota kita. Islamofobia, tren ujaran kebencian terhadap Muslim, stereotip negatif terhadap Muslim dan situasi di Afghanistan serta dimensi kemanusiaannya akan dibahas,” ujarnya.
Qazi mengenang sesi luar biasa OKI yang diadakan di Pakistan pada Desember 2021, yang secara eksklusif berfokus pada situasi di Afghanistan dan membantu warganya dengan tantangan ekonomi dan kemanusiaan yang mereka hadapi.
“Situasi di Afghanistan akan dibahas. Bahkan, kita akan melihat salah satu kesimpulan dari sidang luar biasa Desember untuk membentuk dana perwalian. Kami berharap dapat mengoperasionalkan dana perwalian ini pada pertemuan mendatang, sehingga Afghanistan akan bagian yang sangat penting dari agenda pertemuan yang luas. Fokus utama kami adalah membantu saudara-saudari Afghanistan kami mengatasi tantangan kemanusiaan,” ujarnya.
“Acara ini akan menyoroti persatuan umat Islam dalam menghadapi tantangan yang sangat serius yang dihadapi dunia. Kami juga akan melihat sesi yang produktif. Kami berharap untuk mengadopsi sekitar 100 atau lebih resolusi di berbagai tim. Ini akan menjadi tempat penting untuk menyuarakan negara-negara Muslim dan tujuan mereka.”
OKI Hadapi Kritikan Atas Ketidakkemampuannya
“Bayangkan jika OKI tidak berbicara tentang masalah Palestina dan Kashmir. Orang akan melihat bahwa gambarannya segera berubah. Jadi terkadang OKI mendapat sedikit kritik karena dianggap tidak mampu menyelesaikan berbagai masalah,” ungkap Qazi.
Dia mengatakan masalah OKI sangat serius, rumit dan media tidak merefleksikan peristiwa di wilayah ini.
“Tetapi yang paling penting, apa yang OKI lakukan adalah memberikan suara untuk masalah ini dan membuatnya tetap hidup, menyorotinya, memberi tahu dunia untuk melihat masalah ini. Jadi OKI memungkinkan suara individu negara Muslim secara kolektif didengar,” ungkapnya.
Qazi menekankan bahwa OKI dalam masalah ini menghasilkan resolusi yang solid tetapi ada komunitas internasional yang lebih luas juga yang perlu mengambil tanggung jawab dan berbicara seperti OKI tentang masalah ini.
“Ketika ini terjadi, masalah ini akan mendekati penyelesaian,” ujarnya.
Pakistan sebelumnya telah menjadi tuan rumah empat sesi Dewan Menteri Luar Negeri OKI.
Untuk diketahui, OKI adalah organisasi antar pemerintah terbesar kedua di dunia setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa, dengan 57 negara anggota Muslim tersebar di empat benua.
Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi membenarkan bahwa para menteri luar negeri dari 46 negara Islam akan menghadiri pertemuan tersebut.
(Resa/Daily Sabah)