ISLAMTODAY ID-Kementerian Luar Negeri China menuduh Washington berpegang teguh pada kebijakan pencegahan nuklir serangan pertama.
“AS menggaungkan dugaan “ancaman China” sebagai alasan untuk memperluas persenjataan nuklirnya dan mempertahankan hegemoni militernya,” ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian pada hari Rabu (30/11), menyebutnya sebagai “taktik masuk ke AS.”
Lebih lanjut, juru bicara itu menjelaskan bahwa kebijakan nuklir China tetap konsisten dan jelas.
Dia mencatat bahwa Beijing berpegang teguh pada kebijakan tanpa penggunaan pertama dalam hal senjata nuklir dan telah membatasi pengembangan persenjataan strategisnya ke tingkat minimum yang diperlukan oleh keamanan nasional.
“Kami tidak pernah menjadi bagian dari perlombaan senjata dalam bentuk apa pun,” tegasnya.
Dia menyatakan bahwa China tidak menimbulkan ancaman atau tantangan bagi negara lain, yang diharapkan dapat menjadi mitra pembangunan.
Sementara itu, AS memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia dan secara terbuka merancang kebijakan pencegahan serangan pertama terhadap negara-negara tertentu.
“Apa yang harus dilakukan AS adalah dengan serius merenungkan kebijakan nuklirnya, meninggalkan mentalitas Perang Dingin dan logika hegemonik,” ungkap juru bicara itu, seperti dilansir dari RT, Rabu (30/11)
Dia meminta Washington untuk “berhenti mengganggu stabilitas strategis global,” dan mengurangi persenjataan nuklirnya untuk “menciptakan kondisi untuk mencapai tujuan akhir pelucutan senjata nuklir yang lengkap dan menyeluruh.”
Komentar Zhao muncul setelah Departemen Pertahanan AS pada hari Selasa menerbitkan apa yang disebut Laporan Kekuatan Militer China 2022, yang menggambarkan Beijing sebagai “tantangan paling penting dan sistemik bagi keamanan nasional kita dan sistem internasional yang bebas dan terbuka”.
Laporan itu juga menunjukkan bahwa China dapat meningkatkan modernisasi kekuatan nuklirnya dalam dekade berikutnya dan menghasilkan sekitar 1.500 hulu ledak taktis pada tahun 2035.
Bulan lalu, AS juga merilis Strategi Keamanan Nasional 2022, di mana China diberi label sebagai “tantangan geopolitik paling penting”, mencatat bahwa Beijing memiliki niat untuk membentuk kembali tatanan internasional dan memiliki “ekonomi, diplomatik, militer, dan kekuatan teknologinya untuk melakukannya.”
Beijing menanggapi dengan menuduh Washington didorong oleh “logika dominasi” dan sengaja “salah mengartikan” kebijakan luar negeri dan pertahanan China.
(Resa/RT)