ISLAMTODAY ID-Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres peringatkan bahwa ancaman terorisme terbesar ditimbulkan oleh kelompok supremasi sayap kanan dan kulit putih di Barat.
Di sisi lain, terjadi penangkapan 25 orang di Jerman yang dituduh berusaha menggulingkan pemerintah.
Guterres mengatakan kasus di Jerman hanyalah salah satu contoh ancaman kelompok sayap kanan terhadap masyarakat demokratis di seluruh dunia.
“Telah ditunjukkan bahwa ancaman terorisme terbesar saat ini di negara-negara barat datang dari ekstrem kanan, neo-Nazi, dan supremasi kulit putih,” ungkap Guterres, seperti dilansir dari MEE, Selasa (20/12).
Wawancara tersebut terjadi pada hari Senin (19/12) selama konferensi pers akhir tahun di New York.
Awal bulan ini, polisi Jerman menangkap 25 tersangka dalam penggerebekan di seluruh negeri yang menargetkan penganut gerakan Reich Citizens (Reichsbuerger).
Jaksa menuduh para tersangka “telah membuat persiapan konkret untuk secara paksa memaksa masuk ke parlemen Jerman dengan sekelompok kecil bersenjata”.
Penganut gerakan Reich Citizens menolak konstitusi pascaperang Jerman dan menyerukan untuk menjatuhkan pemerintah.
Guterres juga mengatakan bahwa dunia harus memperhatikan isu Islamofobia dan antisemitisme yang meningkat tajam setelah perang melawan teror pimpinan AS.
Sebuah laporan baru-baru ini oleh Dewan Islam Victoria (ICV) yang berbasis di Australia menemukan bahwa hampir 86 persen postingan anti-Muslim di media sosial berasal dari AS, Inggris, dan India.
Selama periode dua tahun, antara 28 Agustus 2019 dan 27 Agustus 2021, India mencatat angka tertinggi, dengan 871.379 tweet Islamofobia, diikuti oleh AS dengan 289.248, dan Inggris Raya, dengan 196.376.
“Saya pikir kita harus sangat jelas dan tegas dalam mengutuk setiap bentuk neo-Nazisme, supremasi kulit putih, segala bentuk antisemitisme, kebencian anti-Muslim,” ungkapnya.
Orang Amerika Khawatir
Menyusul serangan 9/11, AS memulai kampanye luas untuk menghentikan kelompok sayap kanan baik di dalam negeri maupun di seluruh dunia.
Retorika tersebut banyak diarahkan pada komunitas Muslim.
Selama periode ini, ancaman ancaman domestik sayap kanan sering diremehkan, kata para ahli.
Namun, menurut sebuah laporan oleh New America, sebuah think-tank di Washington, kelompok domestik sayap kanan atau individu dengan ideologi sayap kanan membunuh lebih banyak orang di tanah Amerika daripada kelompok kategori lainnya sejak serangan 9/11.
Dan tahun lalu, sebuah survei oleh The Associated Press dan NORC Center for Public Affairs Research menemukan bahwa orang Amerika mengatakan lebih khawatir tentang kekerasan dalam rumah tangga dari kelompok sayap kanan dan individu dengan ideologi sayap kanan daripada ancaman dari luar negeri.
Survei menemukan 65 persen responden AS sangat khawatir atau sangat khawatir tentang kelompok yang berbasis di AS, sementara 50 persen mengatakan hal yang sama tentang kelompok militan yang berbasis di luar negeri.
Jajak pendapat dilakukan setelah kerusuhan 6 Januari 2021, di mana para pendukung Presiden Donald Trump yang akan keluar saat itu menyerbu US Capitol di tengah lemahnya keamanan saat Kongres sedang berlangsung.
(Resa/MEE)