ITD NEWS—Kebocoran data yang diklaim dari dokumen rahasia Pentagon berisi informasi soal rencana militer Amerika Serikat (AS) di Ukraina hingga data sensitif yang terkait dengan China dan Timur Tengah.
Dokumen itu menjelaskan bagaimana Washington memata-matai sekutu. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin bersumpah departemennya akan untuk menemukan seseorang yang menjadi sumber terjadiny kebocoran data.
Tidak lupa, Dokumen rahasia yang bocor juga membahas soal Empat skenario yang disebut “Wild Card” dalam konflik Ukraina yang telah diuraikan dan telah diverifikasi oleh Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA).
Verifikasi tersebut diyakini sebagai bagian dari upaya menutupi kebocoran dokumen Pentagon ini yang telah menyebabkan kekacauan di Washington.
Dokumen rahasia telah memberikan penjelasan gamblang tentang perencanaan darurat DIA mengenai perkembangan masa depan di sekitar Ukraina, di mana Washington dan sekutunya memicu perang proksi melawan Rusia.
Dokumen tersebut diberi tanda “RELIDO”. Tanda penyebaran semacam ini menunjukkan bahwa pencetusnya telah memberi wewenang kepada Pejabat Pengungkapan Intelijen yang Ditunjuk (DIDO) untuk membuat keputusan berbagi lebih lanjut – seperti dengan mitra asing, misalnya.
Dokumen tersebut bertanggal 24 Februari dan diberi label “SATU TAHUN” Ini mungkin menunjukkan bahwa verifikasi DIA dilakukan setahun setelah dimulainya serangan Rusia di Ukraina.
Analisis menyajikan empat skenario “wild card” yang telah terungkap, serta mengeksplorasi bagaimana hal itu dapat mempengaruhi jalannya konflik Ukraina. Empat skenario yang diuraikan dalam dokumen yang bocor itu adalah:
- Kematian Presiden Rusia Vladimir Putin
- Kematian Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky;
- Penghapusan kepemimpinan dalam Angkatan Bersenjata Rusia
- Pemogokan warga Ukraina di Kremlin.
Dokumen rahasia yang ‘bocor’ menguraikan efek potensial yang dapat dimiliki masing-masing skenario, seperti mengakibatkan eskalasi di Ukraina, mendorong tidak tercapainya penyelesaian konflik dengan negosiasi, atau malah tidak memiliki efek substantif pada perkembangan di sekitar perang tersebut.
Misalnya, analisis DIA menguraikan berbagai dampak potensial jika rezim Kiev menyerang Kremlin. Menurut dokumen tersebut, serangan semacam itu dapat menyebabkan eskalasi konflik, dengan Moskow melancarkan mobilisasi militer skala penuh, dan Presiden Rusia mempertimbangkan untuk menggunakan senjata nuklir taktis.
Di sisi berlawanan dengan penilaian itu, bagaimanapun, Rusia mungkin terpengaruh untuk mempertimbangkan penyelesaian yang dinegosiasikan dalam kasus perang seperti ini.
Selanjutnya, penilaian rahasia yang diduga bocor oleh DIA berspekulasi bahwa konflik Ukraina mungkin akan berlarut-larut. (Rasya)