(IslamToday ID)—Menteri Perdagangan China telah mendesak AS untuk menghapus sanksi “diskriminatif” terhadap negaranya dan memberikan “perlakuan yang sama” kepada perusahaan-perusahaan China.
Juru bicara Wang Wentao mengatakan bahwa menteri tersebut telah mengatakan kepada rekan sejawat AS-nya, Gina Raimondo, selama kunjungannya awal pekan ini.
Pernyataan tersebut bahwa Beijing menginginkan persaingan yang seimbang bagi perusahaan-perusahaan China yang berbisnis di AS.
“China menuntut agar AS memberikan perlakuan yang sama kepada perusahaan-perusahaan China yang berinvestasi di AS dalam hal akses pasar, penegakan peraturan, pengadaan publik, dan dukungan kebijakan,” ungkap Shu Jueting, seperti dilansir dari Sputniknews, Jumat (1/9/2023).
“Tiongkok menyampaikan keprihatinan serius tentang tarif (Bagian) 301 yang diskriminatif oleh AS.”
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden terus melanjutkan perang dagang dengan Beijing yang dimulai di bawah pendahulunya, Donald Trump.
AS telah melarang ekspor teknologi pembuatan mikrochip berkualitas tinggi ke China.
Larangan ini menyasar raksasa elektronik Huawei dan aplikasi media sosial TikTok, serta memeriksa staf perusahaan farmasi karena mengekspor bahan baku obat penghilang rasa sakit fentanyl ke AS.
“Kami percaya bahwa cara yang lebih baik untuk mengurangi risiko adalah dengan mengembalikan hubungan ekonomi dan perdagangan Tiongkok-AS ke tahap perkembangan yang sehat dan stabil,” tambah Shu.
Raimondo mengatakan pada hari Selasa bahwa dia “pergi dengan sedikit optimisme” setelah datang dengan sedikit harapan mencapai kesepakatan.
Huo Jianguo, wakil ketua China Society for World Trade Organization Studies yang berbasis di Beijing, memperingatkan bahwa “pemutusan hubungan” antara kedua raksasa ekonomi tersebut akan merusak keduanya secara bersamaan.
“Kerja sama daripada pemutusan hubungan akan menghasilkan hasil saling menguntungkan bagi AS dan Tiongkok,” ungkap Huo kepada Global Times.
“Sebagian besar perusahaan AS di Tiongkok mendapatkan keuntungan dan banyak yang telah mengumumkan rencana untuk memperluas investasi di Tiongkok tahun ini, karena ekonomi tetap menjadi penstabil pertumbuhan ekonomi global.”(res)