JAKARTA, (IslamToday ID) – Kondisi perusahaan asuransi milik pemerintah, Jiwasraya terbilang mengagetkan. Pasalnya, secara tiba-tiba perusahaan plat merah itu mengumumkan tidak akan sanggup membayar polis nasabah produk JS Saving Plan yang mencapai Rp 12,4 triliun dan jatuh tempo mulai Oktober hingga Desember 2019.
Jaksa Agung ST Burhanudin bahkan menyebut ada
kerugian yang dialami Jiwasraya mencapai lebih dari Rp 13,7 triliun.
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu mengaku heran dengan kondisi Jiwasraya. Ia pun mengeluarkan tiga hipotesa tentang sebuah perusahaan yang sedang
untung dan tiba-tiba anjlok.
“Pertama karena pimpinan jadi gila. Kedua ada tsunami ekonomi. Dan ketiga ada perampokan,” urainya dalam sebuah video berjudul “MSD Ungkap Modus Perampokan di Jiwasraya,” Senin (23/12/2019).
Ia menjelaskan bahwa di tahun 2005, Jiwasraya memang pernah mengalami kerugian sebesar Rp 6 triliun. Kerugian itu disebabkan karena dampak dari krisis 1998. Namun perusahaan itu segera bangkit dan mencatatkan laba di tahun 2009. “Bahkan jadi asuransi terbaik bukan hanya di Indonesia, tahun 2015, 2016 keuntungan Rp 2 T,” tuturnya.
Sedang pada tahun 2017, Jiwasraya sempat mencatat keuntungan Rp 2,3 triliun sebelum akhirnya dikoreksi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi Rp 400 miliar. “2018, terjadi kerugian puluhan triliun,” ujar Said Didu.
Ia heran lantaran di tahun itu tidak
ada gejolak ekonomi yang besar. Di satu sisi, direksi Jiwasraya juga tidak
menjadi gila karena di tahun yang sama ada direktur yang diangkat menjabat ke
Kantor Staf Presiden (KSP).
“(Tahun 2018) tidak terjadi apapun, kecuali persiapan Pilpres. Jadi ini kemungkinan
yang ketiga, terjadi perampokan di Jiwasraya. Ini tempat pengambilan dana yang paling
mudah, cepet, hitungan jam juga sudah mendapatkannya,” terang Said Didu.
Ia lantas merasa aneh
dengan posisi mantan Direktur Keuangan Jiwasraya, Hary Prasetyo yang mendapat promosi ke
lingkaran pemerintah di tahun 2018. Hari diangkat menjadi Tenaga Ahli Utama
Kedeputian III Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Ekonomi Strategis usai
jabatannya di Jiwasraya tanggal.
Padahal, biasanya pejabat BUMN yang masuk dalam lingkar
pemerintah merupakan mereka yang memiliki prestasi tinggi dan menunjukkan kinerja bagus di
perusahaan yang dipimpin. “Contoh, Jonan, Rudiantara, Arief Yahya, biasanya yang bagus kinerjanya,”
terangnya.
“Ini kerja lagi turun malah dapat promosi. Ini agak aneh,” tambah Said Didu. (wip)
Sumber: Rmol.id