ISLAMTODAY ID —Indonesia resmi mengalami resesi pada kuartal III 2020. Realisasi laju perekonomian pada kuartal III 2020 kembali minus, yakni 3,49 persen. Resesi yang terjadi dinilai akan meningkatkan jumlah pengangguran di Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran Indonesia dalam jangka waktu setahun bertambah 2,67 juta orang. Angka pengangguran Indonesia pada Agustus 2020 naik menjadi 9,77 juta dari 7,10 juta pada Agustus tahun 2019 lalu. Jika dipersentasekan jumlah pengangguran naik dari 5,23 persen (2019) menjadi 7,07 persen di tahun 2020.
“Secara persentse angka pengangguran mengalami kenaikan dari 5,23% menjadi 7,07%,” kata Kepala BPS Suhariyanto pada Kamis (5/11/2020) seperti ilansir dari wartaekonomi.co.id
Suhariyanto menjelaskan, jika dilihat dari jenis kelaminnya, usia kerja yang terdampak paling banyak adalah laki-laki. Jumlahnya mencapai 18,03 juta jiwa. Sementara untuk kelamin perempuan, jumlah yang terdampak mencapai 11,09 juta jiwa. Sementara itu, jika dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, jumlah pengangguran di perkotaan mengalami penambahan yang cukup siginifikan. yakni sebanyak 20,28 juta orang. Sedangkan di desa, pekerja yang kehilangan pekerjaanya selama pandemi hanya sebanyak 8,84 juta.
Ia menambahkan, tingkat pengangguran terbuka (TPT) per Agustus 2020 naik menjadi 7,07 persen. TPT merupakan indikator untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja dan menggambarkan kurang termanfaatkannya pasokan tenaga kerja.
“TPT Agustus 2020 sebesar 7,07%. Hal ini berarti dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar tujuh orang penganggur,” jelas Suhariyanto.
Dilansir dari okezone.com (6/11/2020) Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira menyebut jumlah pengangguran akan naik menjadi 15 juta jiwa. Kenaikan ini dipicu oleh bertambahnya jumlah angkatan kerja. Sementara pada saat yang sama jumlah serapan mengalami penurunan.
“Industri pengolahan terdampak pelemahan daya beli di dalam dan pasar ekspor sehingga terpaksa lakukan efisiensi pegawai. Sementara itu jasa konstruksi termasuk infrastruktur yang diandalkan serap tenaga kerja justru menurun dari 6,74% menjadi 6,28% yang mana akan meningkat hingga 15 juta pengangguran,” jelas Bhima.
Pemberdayaan UMKM
Ia meminta agar pemerintah melakukan berbagai mitigasi untuk menangani jumlah pengangguran yang terus bertambah. Salah satunya ialah pemberdayaan sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
“Salah satunya dengan mendorong pelaku usaha UMKM tetap produktif dengan akses ke digitalisasi, dan peningkatan perlindungan sosial untuk mencegah naiknya jumlah orang miskin baru,” kata Bhima.
Peran penting UMKM ini pernah disinggung oleh Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki pada bulan Juni lalu. Dilansir dari okezone.com (23/6/2020) Teten menyebut jika pemerintah mengabaikan UMKM, maka jumlah pengangguran di Indonesia akan bertambah.
“Kalau UMKM tidak tertolong maka angka kemiskinan, angka pengangguran akan semakin besar,” ujar Teten.
Teten mengatakan jumlah UMKM di Indonesia mencapai 99 persen sementara jenis usaha besar hanya berjumlah 1 persen. Menurutnya Peran UMKM bagi Indonesia cukup besar dalam situasi krisis. Terbukti di tahun 1998, pelaku UMKM mampu menaikan sektor ekspor Indonesia hingga 35 persen. Meskipun situasi yang kini terjadi berbeda kasus namun peran UMKM patut diperhitungkan.
“Memang berbeda, tapi pada tahun 1998 saat itu ketika terjadi krisis financial, justru UMKM menjadi pahlawan ekonomi nasional, bahkan ekspornya naik 35%,” pungkas Teten.
Penulis: Kukuh Subekti