(IslamToday ID) – Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Henri Subiakto menilai para dai memiliki peran yang sangat besar dalam mempengaruhi opini dan persepsi masyarakat.
Menurutnya, pemuka agama dianggap sebagai opinion leader di era digital saat ini. Banyak dai kini memanfaatkan platform media sosial seperti YouTube dan Tik-Tok untuk berdakwah. Media sosial menjadikan dai sebagai influencer yang paling berpengaruh bagi seluruh lapisan masyarakat.
“Kiai-Kiai selama ini menjadi influencer, minimal di tingkat lokal, di masjid, di pesantren. Nah kini berkembang di konten-konten media sosial, di berbagai forum-forum yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat,” ujar Henri dalam Webinar berjudul “Penguatan Peran Dai Milenial Dalam Kebangkitan Dari Dampak Covid-19” seperti dikutip dari Republika, Senin (20/9/2021).
Henri mengambil contoh dampak besar dari pengaruh dai yaitu dalam sosialisasi vaksin Covid-19. Sedari awal program vaksinasi banyak mendapat penolakan di kalangan masyarakat, terutama masyarakat dari kelompok tradisional.
Saat itu bahkan masih banyak masyarakat tidak percaya adanya keberadaan virus Covid-19. Gelombang penolakan masyarakat perlahan surut, salah satunya berkat peran dai yang terus mengajak masyarakat untuk vaksin agar tercapai herd immunity, sehingga kini perlahan keadaan Indonesia semakin baik menghadapi pandemi.
Indonesia, disebut Henri, sudah masuk ke dalam warna biru peta dunia dalam konteks penularan Covid-19, setelah sebelumnya sempat mengalami fase darurat.
“John Hopkins University di Amerika merilis Indonesia sekarang petanya sudah warna biru karena sudah mengalami penurunan yang luar biasa setelah sebelumnya penularan di Indonesia sangat tinggi, bahkan pernah kita menjadi nomor satu di dunia dari sisi penularan dan juga dari korban-korban yang jatuh,” terang Henri.
Memanfaatkan teknologi untuk dakwah, menurut Henri, sangat efektif terutama dalam semangat menghadapi pandemi Covid-19.
Senada dengan Henri, Ketua MUI Bidang Dakwah, KH Cholil Nafis menilai peran dai adalah mengajak masyarakat untuk berpikir rasional, tidak sekadar menganggap pandemi adalah azab semata.
“Ada banyak mungkin yang berpikir bahwa pandemi itu malapetaka, azab semata. Oleh karenanya tidak mau berbuat apa-apa. Ini yang coba kita ajak berpikir rasional, agar menghadapi ketentuan Allah itu dengan ikhtiar, salah satunya dengan menerapkan protokol kesehatan dan vaksin,” ujarnya.
“Memang peran dai sangat diperlukan di dalam mengatasi pandemi ini. Peran Majelis Ulama Indonesia dalam menjalankan fungsinya, misalnya dalam bentuk fatwa ataupun tausiah dan juga panduan teknis lainnya terkait peribadatan atau ibadah umat Islam dalam masa pandemi ini,” tambah Ketua Gernas MUI, Lukmanul Hakim.
Lebih lanjut, Ketua Komisi Dakwah MUI, KH Ahmad Zubaidi menambahkan, media sosial harus dimanfaatkan oleh dai untuk memperluas cakupan dakwah. Bahkan, menurutnya, media sosial bisa menambah potensi rezeki bagi para dai.
“Media sosial bisa menjadi sumber kemandirian ekonomi bagi para dai. Karena banyak diantara para dai itu tidak memiliki pekerjaan tetap atau memiliki usaha tetap. Kalau fokus berdakwah di media sosial, bisa menjadi cara penguatan ekonomi bagi para dai,” ujarnya. [wip]