(IslamToday ID) – Politikus PDIP Trimedya Panjaitan membeberkan kekurangan Gubernur Jateng (Jateng) Ganjar Pranowo sehingga tidak layak untuk diusung PDIP dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Selain kekurangan, ia juga mempertanyakan prestasi Ganjar selama menjadi orang nomor satu di Jateng.
“Apa prestasi Ganjar sehingga layak kita dukung menjadi presiden, selain jago di medsos? Saya sudah kenal dia sejak 2004 ketika duduk di kursi DPR,” kata Trimedya seperti dikutip dalam siaran Indonesia Lawyers Club (ILC) bertema ‘Capres Pilihan Megawati, Atau Pilihan Jokowi, Atau…???’, Sabtu (4/6/2022).
Ia kemudian kembali menjelaskan kata “kemlinti” yang sempat diucapkannya beberapa waktu lalu untuk menggambarkan sosok Ganjar.
“Kenapa saya katakan kemlinti, karena di PDIP itu kalau ingin jabatan sesuatu kita melakukan pendekatan pada struktur partai dulu, bukan ke luar. Seyogianya dia (Ganjar) melakukan pendekatan kepada DPC, DPD, kemudian ke kepala daerah. Jateng itu kan 75 persen kepala daerahnya dari PDIP,” ungkap Trimedya.
Setelah pendekatan di tingkat daerah itu dilakukan, maka kemudian baru ke DPP. “Bukan melalui elite-elite partai kemudian ke luar (pendekatan), kemudian dibentuklah opini termasuk survei dan pernyataan tokoh-tokoh seakan-akan Ganjar-lah yang paling cocok menggantikan Pak Jokowi,” bebernya.
Menurut Trimedya, Ganjar belum teruji dalam memimpin Jateng. Dari data ia menyebut Jateng masih masuk dalam17 provinsi miskin di Indonesia. Ia juga menyebut Ganjar tidak punya kepedulian di bidang olahraga khususnya di lokal Jateng.
“Kalau Ganjar berhasil kenapa Jateng masih masuk dalam 17 provinsi miskin? Itu pertanyaan mendasar. Kemudian pertanyaan lain kok kasus Wadas nggak selesai-selesai? Kemarin saya ketemu dengan kawan-kawan KONI Jateng, katanya Ganjar nggak ada kepedulian pada olahraga,” beber Trimedya.
Ia juga menyentil kejadian di Papua saat Ganjar menghadiri acara PON. Kala itu Ganjar diteriaki presiden oleh sejumlah atlet yang ada di sana. “Itu by design. Dia malah nggak ke tempat atlet Jateng, kan harusnya ke rakyatnya dong ke atlet Jateng,” ujarnya.
Trimedya juga memaparkan kasus korupsi Bank Jateng yang kini sudah ditetapkan empat tersangka. Kerugian negara dari dugaan korupsi itu mencapai Rp 235 miliar. “Dimana ini tanggung jawab gubernurnya?” katanya.
Terakhir, ia berharap agar jangan sampai kita salah memilih pemimpin. Rekam jejak pemimpin, menurutnya bisa diketahui apalagi ini eranya digital. [wip]