(IslamToday ID) – Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) tampaknya masih belum berakhir. Saat ini, sembilan pabrik dilaporkan tengah dalam proses pemangkasan tenaga kerja, dimulai dengan merumahkan karyawan.
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi mengatakan sembilan pabrik tersebut adalah:
Lokasi: Jawa Tengah
1. Duniatex: 3.000-an pekerja dirumahkan ke arah PHK
2. Agungtex Group: 2.000- an pekerja dirumahkan ke arah PHK
3. PT Kabana efesiensi dirumahkan arah PHK 1.200-an pekerja
4. PT Pismatex pailit proses penyelesaian PHK 1.700-an pekerja
5. PT Sae Aparel ribuan PHK karena relokasi sebagian.
Lokasi: Jawa Barat
1. PT Pulaumas dirumahkan arah PHK 800-an pekerja
2. PT Adetex 500-an pekerja dirumahkan proses PHK.
Lokasi: Banten
1. PT Nikomas PHK bertahap ribuan pekerja
2. PT Chingluh 2.000-an pekerja PHK.
Data itu, kata Ristadi, bisa lebih besar karena hanya mencakup data perusahaan yang memiliki Serikat Pekerja anggota KSPN. Ia mencontohkan, PHK yang dilakukan oleh PT Panarub dan PT Tuntex sekitar total 3.000-an pekerja di Tangerang, tidak masuk dalam data KSPN karena bukan anggota.
Saat ini, kata Ristadi, KSPN ikut memediasi proses pemangkasan tersebut. Termasuk, dengan memberikan bantuan hukum jika kedua pihak tak sepakat, sehingga harus diproses melalui Pengadilan Hubungan Industrial.
“Hanya PT Chingluh sudah selesai selesai akhir 2022, lainnya masih berjalan sampai sekarang,” kata Ristadi dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (5/6/2023).
“Kami memiliki lawyer-lawyer yang akan mendampingi teman-teman pekerja ke Hubungan Industrial. Namun ya prosesnya memang alot. Misalnya, pabrik di Pekalongan, dipailitkan, akibatnya pesangon belum jelas,” ungkapnya.
Jika proses alot dan memang ditemukan fakta perusahaan tak mampu memenuhi ketentuan pesangon PHK, ujar Ristadi, pada akhirnya pekerja menerima sesuai hasil negosiasi yang dimediasi KSPN. Namun, ada juga yang bertahan mengajukan keberatan ke pengadilan. “Tetap kita dampingi,” katanya.
Ristadi mengatakan, setidaknya 80 persen industri tekstil, garmen, dan sepatu di Tanah Air melakukan efisiensi pekerja, sampai ada yang menutup pabrik. Meski, ia tak memungkiri ada juga investasi pabrik baru yang muncul. Artinya, terjadi perekrutan karyawan. Khusunya di Jawa Tengah, bagian selatan dan timur Jawa Barat.
“Saat ini kondisi industri TPT, garmen, dan sepatu memang sedang parah. Yang ekspor, ordernya berkurang atau tidak ada sama sekali. Yang domestik juga tergerus karena produk impor,” ujarnya.
“Yang lebih parah memang industri tekstil, termasuk garmen. Kalau sepatu masih ada order beberapa dari brand-brand internasional,” tambah Ristadi.
Selain itu, katanya, PHK di beberapa lokasi pusat industri padat karya juga terjadi bukan karena pabrik tutup atau memangkas permanen kapasitasnya. Namun karena merelokasi pabriknya ke lokasi baru yang lebih efisien.
“Karena brand atau buyer itu kan bayarnya sama saja. Tinggal si pabrik harus berusaha mencari cara agar bisa efisiensi biaya, atau bisa untung,” pungkas Ristadi. [wip]