(IslamToday ID) – Pengamat politik Rocky Gerung menyebut pertemuan Jokowi dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh sebagai upaya presiden agar tidak terdepak dari kekuasaan yang akan berlangsung lima tahun ke depan.
“Poin pentingnya Jokowi cemas minta diseberangkan dari jembatan yang rusak (ke Megawati). Padahal dia sendiri yang telah merusak jembatan itu,” kata Rocky dikutip dari YouTube Rocky Gerung Official, Rabu (21/2/2024).
Tak hanya itu, Rocky juga menganggap Jokowi akan merusak hubungan yang mulai dibangun antara 01 dan 03 karena dia sadar kekuasaannya yang tinggal menunggu waktu, terlebih Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang digadang-gadang didukung oleh Jokowi tidak lolos ke parlemen.
Saat ini, kata Rocky, yang dapat diharapkan Jokowi hanya Prabowo.
“Jokowi sendiri akan berharap Prabowo kasih kekuasan terhadap dia dan itu tidak mungkin terjadi, karena semua hal yang menyangkut kekuasaan cenderung absolut. Tentu Pak Prabowo akan absolut kan dulu, Gerindra-nya dulu baru sisanya Gibran yang dititipkan oleh Jokowi,” terangnya.
Rocky memprediksi bahwa setelah lepas dari kekuasaan Jokowi tidak akan lagi diperhitungkan oleh Prabowo yang ketika menduduki kursi kepresidenan akan membangun konsolidasi kekuasaannya sendiri.
“Dan Jokowi bukan dari konsolidasi itu. Jokowi hanya akan mendapatkan remahan-remahan. Itu sudah jadi rumus kekuasaan. Dan teori kekuasaan Prabowo pasti tidak sama dengan teori Pak Jokowi,” ungkapnya.
Rumusan teori kekuasaan yang akan dijalankan Prabowo sudah mulai terlihat dengan adanya pertemuan dengan SBY di Pacitan, dan dengan petinggi Partai Golkar Aburizal Bakrie.
“Penentu pertama Golkar itu pasti karena dia masuk dalam parlemen dan itu kecemasan Pak Jokowi. Jokowi tetap berupaya kalau PSI tidak dapat, paling nggak Golkar dengan bantuan Pak Luhut misalnya. Tapi kelincahan Prabowo tidak bisa dibatasi oleh Jokowi, apalagi ada tentara di sekeliling Prabowo,” ujarnya.
“Ini juga sebetulnya dua kultur yang berbeda yang hanya disatukan oleh kepentingan sesaat. Kita gak bisa bayangkan kultur Prabowo yang global, sekuler dan sangat metropolis bergaul dengan Jokowi yang orang biasa dengan kapasitas yang kurang. Jadi antara kultural dan intelektual lain antara Prabowo dan Jokowi dengan Prabowo dengan SBY,” tutupnya. [ran]