(IslamToday ID) – Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan mengatakan Presiden Jokowi perlu bergabung dengan partai politik setelah tidak menjabat sebagai presiden nantinya. Itu harus dilakukan jika ingin tetap mempertahankan eksistensinya di kancah perpolitikan.
“Jokowi beyond political party tapi belum tentu dia relevan untuk political party di masa yang akan datang. Justru sebaliknya kalau Pak Jokowi itu mau relevan di periode yang akan datang, harus berpartai,” kata Djayadi, Kamis (14/3/2024).
“Kalau Pak Jokowi tidak berpartai di periode ke depan, berpartainya dalam posisi yang penting misalnya kayak Pak SBY. Kalau tidak berpartai ya akan jadi pemain politik pinggiran,” lanjutnya.
Alasan mengapa Jokowi harus masuk dalam partai politik setelah tidak menjabat sebagai presiden, karena saat ini Jokowi memiliki dua kekuatan. Yakni popularitas dan posisinya sebagai presiden yang memegang kendali kekuasaan.
“Sampai 20 Oktober nanti dua hal itu masih penting bagi partai politik, masih membuat partai-partai politik harus bicara hati-hati dengan Pak Jokowi. Tapi setelah 20 Oktober kita tidak tahu apakah partai politik masih sehati-hati ini bicara soal Jokowi, misalnya,” ungkap Djayadi.
Mengenai wacana adanya koalisi besar yang nantinya akan diketuai Jokowi, Djayadi mengaku setuju karena dalam sistem presidensil memang koalisi harus dipimpin presiden.
“Dari sisi politik memang pemimpin koalisi dalam sistem presidensil itu presiden yang berkuasa. Bahwa presiden mau bikin setgab (sekretaris gabungan), misalnya itu urusan nanti, urusan pimpinan koalisi,” terangnya.
“Tapi ide itu (pimpinan koalisi) lebih kepada upaya mencari relevansi yang mungkin bagi Pak Jokowi pasca 20 Oktober. Untuk itu Presiden Jokowi bersama timnya mengupayakan agar di 6-7 bulan terakhir masa kepemimpinannya memberikan saham sebanyak mungkin kepada calom pemimpin yang akan berkuasa nanti,” sambungnya.
Alasan kedua, Djayadi melihat adanya ketakutan apabila koalisi besar bukan dipimpin oleh Jokowi sesuatu yang besar tidak akan berjalan dengan baik.
“Tampaknya ada semacam ketakutan, kekhawatiran kalau bukan Pak jokowi yang memimpin nanti negara kita tidak selamat, kira-kira begitu. Tapi dalam sistem demokrasi sudah kita sepakati bahwa pimpinan itu comes and go, jadi jangan khawatir dan harus percaya dengan pimpinan yang baru,” ucapnya. [ran]