(IslamToday ID) – Pakar IT Universitas Airlangga (Unair) Sugiyanto Sulistyono mengaku dirinya menemukan data Sirekap yang tidak masuk akal. Ada temuan 50 juta suara yang hanya mencoblos calon presiden dalam Pilpres 2024 kemarin tanpa memilih partai maupun caleg. Dengan temuannya tersebut ia juga mengklaim seharusnya pemilu berjalan dua putaran, bukan satu putaran.
“Setelah saya analisa, saya mendapatkan jumlah yang memilih pilpres adalah 124.048.478. Sementara pilegnya 72.014.548, sehingga selisihnya 52.033.930. Ini artinya orang datang ke TPS memilih presiden tapi tidak memilih partai sama sekali,” kata Sugiyanto dikutip dari YouTube Forum News Network, Senin (18/3/2024).
“52 Juta ini besar sekitar 25 persenan, tidak masuk akal. Seharusnya kalau sekarang sudah dekat dengan keputusan data yang ada di Sirekap sudah valid,” lanjutnya.
Sugiyanto lantas melakukan korelasi perolehan suara antara partai dengan paslon capres-cawapres. Data-data yang didapatkan dari hasil survei partai, salah satunya PKB yang sebanyak 17 persen loyalisnya memilih paslon 02 dan 72 persen memilih 01.
“Ketika itu diplotkan dengan data pileg ada sesuatu yang mengherankan, karena di situ ada dua putaran bukan satu putaran. Jadi ada satu kondisi ketika melihat hasil survei tadi 01 mendapatkan 40 persen dan 02 mendapatkan cuma 38 persen. Ini artinya terjadi dua putaran dan pemenang di putaran ini adalah 01,” ucapnya.
Penelitian yang dilakukan Sugiono dimulai saat KPU menghentikan untuk menampilkan grafik perolehan suara di Sirekap. KPU hanya menampilkan foto-foto yang diunggah oleh TPS-TPS.
“Kita melihatnya ada sesuatu yang sangat aneh. Kenapa KPU tiba-tiba hanya menampilkan foto (menghilangkan grafik) sehingga masyarakat susah melakukan rekap dan melakukan koreksi. Seakan-akan ada yang ditutupi,” katanya.
Setelah melakukan pengolahan data yang didapat dari data yang diambil dari Sirekap pada 700.000 lebih dari total 823.000 TPS dan digarab pada 13 Maret.
Dalam temuan tersebut ia mengungkapkan bahwa di 700.000 lebih TPS itu yang suaranya lebih dari 300.
“Banyak. Ini menandakan kalau memang Sirekap ini dikerjakan oleh orang-orang jagoan di ITB, apakah memang ini dibuat sedemikian bagus karena prosesnya lemah sekali. Tapi yang jelas dari data ini saya mendapatkan suara yang lebih dari 310 (di setiap TPS),” ujarnya. [ran]