(IslamToday ID) – Polisi Seattle akan mengambil kembali kendali atas Capitol Hill Organised Protest (CHOP) atau Protes Terorganisir Capitol Hill setelah terjadi dua penembakan yang menyebabkan seorang pria 19 tahun tewas dan dua orang lagi cedera.
CHOP didirikan oleh para pengunjuk rasa di sekitar Capitol Hill sekitar dua minggu yang lalu, setelah polisi mundur dari Kawasan Timur di daerah itu, dengan persetujuan Walikota Jenny Durkan.
“Dampak dari akumulasi pertemuan dan protes serta suasana malam hari dan kekerasan telah menyebabkan keadaan yang semakin sulit bagi roda bisnis dan masyarakat kami,” kata Durkan seperti dikutip di Sputniknews, Selasa (23/6/2020).
“Kami masih memberi ruang bagi orang-orang untuk menggelar protes damai. Tetapi dampaknya terhadap bisnis dan penduduk serta masyarakat sekarang terlalu berat.”
Menurut Durkan, pihaknya lebih memilih solusi negosiasi untuk menyelesaikan perselisihan. Tetapi Kepala Polisi Seattle, Carmen Best mengatakan akan mencari otoritas yang lebih besar untuk menggunakan kekuatan, karena sudah dibatasi perintah pengadilan setempat.
“Kami tidak memiliki tanggal tertentu untuk berjanji bahwa semuanya akan diselesaikan. Tetapi kami akan terus bekerja dengan mitra berbasis komunitas dan organisasi masyarakat yang dipimpin orang kulit hitam dan membiarkan mereka terlebih dahulu berbicara. Kami akan meminta mereka melakukan protes dengan cara yang berbeda dan di tempat yang berbeda,” ungkap Durkan.
Carmen Best menambahkan meskipun sebagian besar demonstran yang mendirikan tenda tidak melakukan kejahatan, namun ada juga individu yang terlibat dalam penembakan, pemerkosaan, serangan, pencurian, pembakaran, dan perusakan properti.
Polisi Seattle tidak dapat mengambil tindakan saat terjadi tindak kejahatan yang melibatkan CHOP selama hampir dua minggu, karena mereka membuat penjagaan agar pihak berwenang tidak bisa masuk. Protes sebagian besar berjalan damai, tetapi ada laporan soal bisnis yang diminta untuk membayar “pajak” agar bisa beroperasi di dalam CHOP. Warga juga diminta untuk menunjukkan ID yang membuktikan bahwa mereka tinggal di daerah tersebut.
Polisi mengatakan pada Sabtu malam ketika seorang anak berusia 17 tahun ditembak mati dan seorang laki-laki dewasa berusia 33 tahun terluka parah, aparat penegak hukum langsung turun menghampiri kerumunan dan mencegah mereka mendekati para korban.
“Karena kami tidak dapat menjamin keamanan mereka, juga aparat maupun petugas medis tidak bisa ke sana dan merawat yang terluka,” kata Best.
Salah satu pemimpin protes, David Lewis, mengatakan bahwa petugas medis CHOP harus membawa sendiri anggotanya yang terluka ke rumah sakit setelah responden pertama kota menolak untuk memasuki daerah itu.
Ketika ditanya apakah polisi diizinkan masuk, Lewis mengatakan bahwa petugas melakukan pemeriksaan terbatas dan mengkonfirmasi penembaknya sudah menghilang. Dia mengatakan bahwa itu adalah keputusan kelompoknya, apakah akan membiarkan polisi atau tidak.
Pada kasus kedua, para penembak melarikan diri. Polisi dan pengunjuk rasa tidak memberikan komentar tentang keadaan dan motif penembakan itu. Best mengatakan penyelidikan sedang berlangsung. Lewis menambahkan bahwa dia tidak percaya itu adalah kejahatan rasial.
Durkan, yang menjadi pendukung para pengunjuk rasa di kotanya, telah banyak dikritik oleh otoritas federal karena caranya menangani situasi. Presiden Donald Trump dalam tweetnya mengatakan bahwa Durkan mungkin “lebih buruk” dari Walikota New York City, Bill de Blasio.
Sebelumnya, Trump mengecam Blasio karena responsnya terhadap protes terkait kebrutalan polisi yang berubah menjadi kekerasan. [wip]