(IslamToday ID) – Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengatakan normalisasi hubungan Israel dengan Uni Emirat Arab (UEA) menunjukkan bahwa negara-negara Arab tidak akan “disandera” oleh Palestina.
UEA dan Israel pada hari Kamis (13/8/2020) sepakat menandatangani perjanjian untuk memulai proses normalisasi hubungan dengan ditengahi oleh Presiden AS Donald Trump. PM Israel mengklaim bahwa hubungan baru antara Abu Dhabi dan Tel Aviv akan mengarah pada kesepakatan dengan Palestina.
Dalam sebuah wawancara dengan Eric Shawn dari Fox News, Netanyahu dengan antusias merayakan perjanjian damai itu dan mengharapkan masa depan yang sejahtera antara zionis Israel dan tetangga Arab-nya.
“Jika kita bergabung, kita dapat melakukan hal-hal yang luar biasa, hal-hal yang tidak terbatas untuk kepentingan rakyat kita, kesejahteraan mereka, dan untuk keamanan mereka,” kata Netanyahu.
“Yang dapat saya katakan kepada Anda adalah saya telah berbicara dengan para pemimpin Arab,” tambahnya mengacu pada kunjungan yang baru-baru ini dia lakukan ke Oman.
“Saya dapat memberitahu Anda bahwa itu bukan satu-satunya pertemuan yang saya lakukan di wilayah ini.”
Netanyahu tidak merinci pemimpin mana yang dia temui, tetapi menyarankan bahwa hubungan dapat ditingkatkan dengan negara lain.
Netanyahu mengatakan kesepakatan dengan UEA adalah sangat baik untuk perdamaian, baik untuk keamanan, baik untuk kemakmuran, dan menggambarkan kedua negara sebagai “dua dari ekonomi paling maju di dunia” dan “dua dari negara paling moderat yang memiliki tujuan yang sama melawan Iran dan terorisme”.
Netanyahu menyarankan bahwa upaya Israel melawan Iran menarik bagi negara-negara Teluk yang telah terlibat dalam konflik bersejarah dengan republik Islam itu. “Tidak ada yang ingin berdamai dengan negara yang lemah,” katanya seperti dikutip di Al Jazeera, Senin (17/8/2020). “Semua orang ingin berdamai dengan negara yang kuat.”
Netanyahu menegaskan negara-negara yang pernah menganggap zionis Israel sebagai musuh sekarang dapat melihat “sekutu yang sangat diperlukan” di Tel Aviv.
“Saya pikir negara-negara Arab datang untuk melihat bahwa mereka tidak dapat disandera oleh Palestina,” katanya. Menurutnya, negara-negara di Timur Tengah memiliki kepentingan sendiri-sendiri untuk mengembangkan perdamaian dengan zionis Israel, untuk bertukar teknologi, untuk bertukar informasi, dan hal-hal lain seperti pengembangan vaksin virus corona.
Netanyahu juga mengatakan bahwa mengandalkan Palestina untuk memveto perdamaian antara Israel dan dunia Arab tidak akan mungkin tercapai kesepakatan, karena otoritas Palestina tidak tertarik pada penyelesaian yang realistis.
Netanyahu menyebut rencana Trump sebagai satu-satunya proposal yang realistis dalam beberapa dekade, memprediksi bahwa hubungan damai antara Tel Aviv dan dunia Arab akan membuat Palestina menerima kebijakan regional zionis Israel dengan cara yang lebih realistis.
Sementara, negara-negara Arab yang dianggap oleh Netanyahu sedang mempertimbangkan langkah menuju hubungan yang lebih ramah dengan Tel Aviv di antaranya Oman dan Bahrain. Kedua negara itu diketahui telah menyatakan dukungan untuk pengaturan baru dengan UEA, seperti halnya Mesir yang menormalisasi hubungan dengan Israel pada 1979. Satu-satunya negara Arab lain yang melakukan hal sama adalah Yordania pada tahun 1994.
Negara-negara Arab secara historis telah menghentikan perambahan zionis Israel di wilayah Palestina sebagai prasyarat untuk menormalkan hubungan. Banyak negara Teluk, termasuk UEA, telah mempertahankan hubungan de facto dengan Tel Aviv karena aliansi bersama dengan AS. [wip]