ISLAMTODAY ID — Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa Islamofobia di Eropa kini mencapai level yang dinilainya sebanding dengan perlakuan terhadap warga Yahudi sebelum Perang Dunia Kedua, Senin (26/10).
Erdogan mengatakan Eropa telah terbiasa dengan relokasi, inkuisisi, dan genosida. Ia menekankan bahwa Muslim di Eropa kini menjadi target serangan.
Pada kesempatan yang sama, Erdogan juga menyerukan boikot produk dari Prancis di tengah perseteruannya dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron atas sikapnya terhadap Islam dan komunitas Muslim.
“Meningkatnya Islamofobia di Barat telah berubah menjadi serangan besar-besaran terhadap kitab kami, nabi kami dan segala sesuatu yang kami anggap suci. Kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan terhadap orang Yahudi 80 tahun lalu, tindakan terhadap saudara kandung Bosnia di Srebrenica 25 tahun lalu masih dalam ingatan,” tegasnya dalam pidato yang disiarkan televisi, dilansir di Euro News, Senin (26/10), dilansir dari Euro News.
Erdogan mengatakan peristiwa terkini menjadi bukti Muslim Eropa terus-menerus menjadi target serangan, termasuk serangan polisi pekan lalu di Masjid Kreuzberg Mevlana dekat Berlin tempat 150 petugas dikerahkan.
Jaksa di Jerman mengatakan mereka mencurigai dana darurat virus corona sebesar 70 ribu euro telah digunakan secara curang oleh takmir masjid.
Erdogan mengatakan serangan itu, serta klaim Macron bahwa Islam berada dalam keadaan krisis di seluruh dunia adalah bukti serangan yang lebih luas terhadap Muslim di Eropa.
“Insiden-insiden ini merupakan sinyal suar ke proses yang sangat berbahaya yang menghasilkan hasil yang sangat serius bagi Muslim Eropa,” tandasnya.
Erdogan juga menyerukan untuk memboikot produk Prancis di Turki, mencerminkan tindakan serupa yang dilakukan oleh supermarket Qatar.
“Saya sekarang memberi tahu warga saya, seperti yang mereka katakan di Prancis untuk tidak membeli apa pun dari Turki, saya menyerukan kepada bangsa saya di sini dan sekarang: jangan beli barang berlabel Prancis barang, jangan membelinya,” tegas Erdogan.
Belum jelas boikot produk Turki apa di Prancis yang dimaksud Erdogan. Erdogan dan Macron terlibat dalam pertengkaran sengit sejak pernyataan Macron tentang Islam setelah pemenggalan guru sekolah Samuel Paty awal bulan ini. Paty memimpin diskusi dengan kelasnya tentang kartun Nabi Muhammad.
Islamofobia Hancurkan Eropa Dari Dalam
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan bahwa Eropa kini sedang mempersiapkan akhir dari diri mereka sendiri dengan meningkatnya kasus Islamofobia di kawasan tersebut.
“Eropa sedang mempersiapkan ‘ajal’-nya sendiri dengan perilaku mereka yang memusuhi para Muslim,” tegas Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, saat berbicara dalam pertemuan Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) di Provinsi Kayseri.
“Jika mereka secepat mungkin tidak sembuh dari penyakit ini, sikap mereka itu akan menghancurkan seluruh Eropa dari dalam,” ujar Erdogan, dilansir dari Anadolu Agency (AA).
Erdogan mengatakan hal itu di tengah kemarahan umat Islam terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menuduh Muslim adalah “separatisme” dan menggambarkan Islam sebagai “agama yang mengalami krisis di seluruh dunia”.
Erdogan mengungkapkan bahwa Turki akan terus mendukung kebenaran hakiki, pihak yang benar, dan kaum yang tertindas di seluruh dunia.
“Apa yang bisa kami katakan lagi untuk seorang kepala negara yang berperilaku seperti itu,” jelas Erdogan.
“Pertama-tama, Macron membutuhkan pemeriksaan mental,” tandas Erdogan.
Presiden Turki ini menegaskan bahwa fasisme Eropa telah memasuki fase baru di mana serangan terhadap hak-hak para Muslim terus meningkat, hal tersebut merujuk pada penggerebekan polisi terhadap sebuah masjid baru-baru ini di ibu kota Jerman, Berlin.
Erdogan mengatakan tren yang berbahaya ini menandakan Eropa, yang melakukan pembantaian terbesar dalam sejarah umat manusia selama Perang Dunia Pertama dan Kedua, belum dapat berfikir dengan akal sehat mereka.
“Kami akan mempertahankan pendirian kami demi kebenaran, meski harus menanggung akibatnya,” ujarnya.
Erdogan mulai menanggapi isu ini sejak 6 Oktober lalu setelah komentar awal Macron tentang “separatisme Islam”. Menurutnya, pernyataan itu adalah “provokasi yang jelas” dan menunjukkan “ketidaksopanan” pemimpin Prancis kepada Islam.
Turki dan Prancis adalah anggota NATO tetapi telah berselisih mengenai berbagai masalah termasuk kebijakan di Suriah dan Libya, yurisdiksi maritim di Mediterania timur dan konflik di Nagorno-Karabakh, di wilayah yang diperebutkan Armenia dan Azerbaijan.
Bahkan, Erdogan dan Macron sempat membahas ketidaksepakatan mereka dalam panggilan telepon bulan lalu dan setuju untuk meningkatkan hubungan dan menjaga saluran komunikasi tetap terbuka.
Macron menuduh Turki melanggar komitmen dengan meningkatkan kehadiran militer mereka di Libya dan membawa milisi bersenjata ke Suriah. Prancis juga berpihak pada Yunani dan Siprus dalam gesekan di Mediterania Timur.[IZ]