ISLAMTODAY— China dan Rusia saat ini telah bekerja sama guna mendominasi ruang angkasa.
China dan Rusia menandatangani kesepakatan untuk bersama-sama membangun pangkalan di bulan.
Kedua negara akan bangun stasiun penelitian luar angkasa bersama dengan Rusia.
Jika semuanya berjalan dengan baik, peluncuran ini akan membuat sejarah di dalam perlombaan luar angkasa.
Ini misi yang sangat ambisi yang dijuluki sebagai bulan bagi dunia internasional.
stasiun penelitian itu akan terdiri dari 14 misi yang mencangkup terkait penelitian kelayakan hidup di bulan, penelitian ekologi dll.
China Kejar Ketertinggalan Dari AS
Sebenarnya program luar angkasa China sangat terlambat dibanding rival-nya AS.
Namun China saat ini telah berkembang pesat dan telah menggelontorkan miliaran dolar dalam menyusul ketertinggalan dengan AS.
Bahkan tahun lalu mereka menghabiskan 8,8 miliar dolar, anggaran ini melebih seluruh anggaran ruang angkasa Jerman, Prancis dan Jepang jika digabungkan.
Selain itu tahun ini China menjadi negara pertama yang mendaratkan rover di sisi terjauh dari bulan.
Bukan hanya ke bulan China juga mengirim ekspedisi ke mars.
Ini bukti bahwa China tidaklah main-main dalam upayanya memenangkan perlombaan luar angkasa.
Rusia Bangun Dari Tidur Panjangnya
Rusia telah lama menjadi aktor utama dalam perlombaan luar angkasa.
Bahkan kita tentu ingat bahwa Soviet atau Rusia saat ini adalah negara pertama yang mencapai luar angkasa pada tahun 1957.
Mereka juga luncurkan satelit pertama di dunia bernama sputnik.
Empat tahun kemudian Yuri Gagarin menjadi orang pertama yang melihat luar angkasa pada tahun 1961.
Lalu ada Garman Titov adalah orang pertama yang menghabiskan lebih 24 jam di luar angkasa.
Selain itu pada tahun 1963 wanita pertama berhasil diterbangkan ke luar angkasa oleh Soviet yaitu Valentina Tereshkova.
Itu adalah bukti bagaimana Rusia telah lama mendominasi luar angkasa.
Namun, saat ini Rusia telah lama dipandang hanya sebagai pensiunan dalam perlombaan luar angkasa.
Mereka kalah jauh dibanding AS dan negara Barat lainnya, akan tetapi bukan berarti Rusia telah menyerah dalam perlombaan luar angkasa ini.
Buktinya kerjasama antara China dan Rusia terkait stasiun di bulan akan sangat membuat AS dan sekutunya khawatir.
Khawatirnya AS akan Kerjasama China-Rusia
Koalisi antariksa antara Cina dan rusia datang pada saat yang genting bagi AS.
Hal itu lantaran stasiun luar angkasa internasional yang diluncurkan tahun 1998 oleh AS, Rusia dan negara lain mendekati masa berakhir pada tahun 2024.
Padahal stasiun itu berfungsi sebagai tempat terbesar untuk penelitian ilmiah luar angkasa.
Maka dengan tak lagi berfungsinya stasiun ini akan mengakibatkan setiap negara termasuk AS bergantung pada stasiun yang dibangun oleh China dan Rusia.
Tentunya AS tak akan tinggal diam apalagi ini menyangkut harga diri negara yang mengaku adidaya ini.
Banyak analis khawatir bahwa ruang sekali lagi dipecah menjadi kubu yang bersaing seperti pada masa perang dingin yang lalu.
Namun kali ini akan lebih mengerikan karena akan adanya militerisasi lebih lanjut di luar angkasa.
kompetisi di mana satu pihak akan mencoba mengalahkan yang lain tentunya akan segera terjadi kembali. (Rasya)