ISLAMTODAY ID-Kementerian Luar Negeri Rusia telah menyerahkan kedutaan Amerika di Moskow sebuah catatan protes atas serangkaian insiden di mana dikatakan pesawat NATO membahayakan keselamatan wilayah udara negara itu dan kehidupan warga sipil.
Blok militer pimpinan AS telah beralih dari menyelidiki perbatasan Rusia dengan penerbangan dan “manuver berbahaya oleh kapal angkatan laut” menjadi “provokasi terhadap pesawat sipil,” ujar juru bicara Maria Zakharova pada hari Rabu (8/12).
Moskow menyerukan “dialog substantif” tentang jaminan keamanan dan cara-cara untuk meredakan ketegangan militer dan politik, tetapi memperingatkan AS bahwa pihaknya berhak untuk menanggapi dengan “segala cara yang kami miliki … untuk mencegah dan menghilangkan ancaman yang muncul”.
Penerbangan militer AS dan NATO dilakukan tanpa komunikasi radio, rencana penerbangan, atau izin kontrol lalu lintas udara dan “menimbulkan risiko serius terhadap keselamatan pesawat sipil,” ungkap kementerian tersebut.
Catatan yang diserahkan kepada Amerika pada hari Rabu (8/12) mencantumkan setidaknya lima insiden, termasuk tiga yang baru saja terjadi minggu lalu.
Pada tanggal 3 Desember, sebuah pesawat pengintai CL-600 AS memotong rute pesawat sipil yang sudah mapan di atas Laut Hitam sambil turun dengan cepat.
Kontrol lalu lintas udara Rusia memperingatkan penerbangan yang dioperasikan oleh Aeroflot, maskapai terbesar di negara itu, yang kemudian mengubah jalurnya dan menghindari tabrakan yang berpotensi fatal, ujar Kementerian Luar Negeri.
Sebuah jet penumpang Malta dalam perjalanan dari Sochi ke Skopje di sepanjang koridor yang sama juga harus mengubah arah.
Kemudian pada hari itu, jet Rusia dikirim untuk mencegat pesawat mata-mata strategis RC-135 di atas Laut Hitam.
“Kami selalu melihat situasi berbahaya seperti itu,” ujar Zakharova, seperti dilansir dari RT, Rabu (8/12).
Sebuah piagam sipil yang terbang dari Anapa ke Moskow pada 6 Oktober harus mengubah arah di atas Laut Hitam untuk menghindari tabrakan dengan pesawat tak berawak NATO Reaper, tambahnya.
Pernyataan itu muncul ketika ketegangan antara Moskow dan Washington tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.
Meski demikian, pada Selasa (7/12), Presiden Rusia Vladimir Putin dan mitranya dari AS, Joe Biden, berbicara langsung melalui tautan video selama hampir dua jam.
Meskipun tidak ada terobosan yang dibuat, kedua belah pihak menegaskan bahwa diskusi itu penting untuk mencoba dan menyelesaikan masalah yang paling mendesak.
Salah satunya melibatkan kekhawatiran Barat tentang Rusia yang diduga merencanakan agresi militer terbuka terhadap Ukraina, sesuatu yang dibantah keras oleh Kremlin, sambil mencap laporan seperti itu sebagai berita palsu.
(Resa/RT)