ISLAMTODAY ID- Dalam sambutannya di Tepi Barat kepasa siswa SMA, anggota parlemen Matan Kahana mengatakan ingin mendeportasi Arab Palestina.
Pernyataan anggota partai politik berkuasa Perdana Menteri Israel Naftali Bennett telah menimbulkan kegemparan.
“Jika ada semacam tombol yang dapat Anda tekan yang akan membuat semua orang Arab menghilang, mengirim mereka dengan kereta ekspres ke Swiss, saya akan menekan tombol itu,” ungkap anggota Knesset Matan Kahana pada hari Senin (13/6), seperti dilansir dari RT, Selasa (14/6).
Kahana merupakan anggota partai nasionalis Yamina Bennett yang menjabat sebagai wakil menteri layanan agama.
Dia tampaknya menegaskan bahwa terlepas dari perbedaan mereka, orang Israel dan Palestina tidak punya pilihan selain menemukan cara untuk hidup berdampingan.
“Tapi apa yang bisa kamu lakukan?” dia melanjutkan.
“Tidak ada tombol seperti itu. Oleh karena itu sepertinya kita ditakdirkan untuk ada [bersama] di tanah ini dalam beberapa cara.”
Komentar itu terekam dalam video, dan rekaman itu diekspos pada hari Selasa (14/6) oleh penyiar publik Israel Kann.
Kahana membuat pernyataannya pada ulang tahun pertama Bennett meraih kekuasaan dengan bersekutu Yamina dengan tujuh partai lain.
Koalisi yang berkuasa adalah yang paling beragam dalam sejarah Israel, menyatukan anggota parlemen dari seluruh spektrum politik, termasuk orang Arab Israel.
Usaha itu disebut-sebut sebagai simbol kerja sama antara segmen masyarakat yang belum mampu berdamai, lebih dari 70 tahun setelah berdirinya Israel.
Bahkan, Kahana sendiri menyebut koalisi itu sebagai “langkah berani” menuju hidup berdampingan secara damai.
Namun, eksperimen dalam kerja sama itu tampaknya mulai terurai pada hari Senin (13/6), karena anggota Knesset dan sekutu lama Bennett Nir Orbach menjadi anggota Yamina terbaru yang mundur dari koalisi.
Orbach mengatakan blok yang berkuasa tidak dapat terus ada “seperti yang saat ini dipimpin”, menambahkan bahwa blok tersebut disandera oleh “elemen ekstremis, anti-Zionis”.
Keberangkatan terakhir membuat koalisi kekurangan dua kursi dari mayoritas di parlemen, dan Bennett mengakui pada hari Senin bahwa pemerintahannya dapat runtuh dalam satu atau dua minggu ke depan kecuali para pembelotnya kembali ke barisan.
Mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengejek penggantinya, dengan mengatakan, “Satu demi satu, mereka meninggalkan kapal yang tenggelam.”
Kahana menambahkan bahwa solusi dua negara yang diusulkan tidak akan membawa perdamaian. “Orang-orang Arab menceritakan kisah yang berbeda pada diri mereka sendiri,” katanya kepada para mahasiswa pemukim.
“Mereka mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa merekalah yang selalu tinggal di sini dan kami datang dan mengusir mereka.”
Anggota partai Daftar Arab Bersatu (Ra’am), mitra koalisi yang berkuasa, termasuk di antara mereka yang marah dengan video Kahana.
“Matan Kahana, kami di sini karena ini adalah tanah air kami,” ungkap anggota parlemen Ra’am Walid Taha.
“Kamu, dan mereka yang berpikir sepertimu, akan terus menanggung rasa frustrasimu karena kami tidak akan menghilang begitu saja.”
Anggota koalisi lainnya, Eli Avidar dari partai konservatif Yisrael Beytenu, menyebut pernyataan Kahana sebagai “pernyataan yang menyedihkan”.
“Sayang sekali hal itu dikatakan,” tambahnya.
“Orang-orang Arab adalah warga negara Israel, dan mereka di sini untuk tinggal. Apa yang harus kita singkirkan adalah komentar dan opini fanatik.”
Kahana menanggapi kegemparan di Twitter dengan mengatakan beberapa komentarnya kepada para siswa “dikatakan dengan buruk.”
(Resa/RT)