ISLAMTODAY ID-Dorongan Jepang untuk bergabung dengan Organisasi Perjanjian Atlantik Utara datang bahkan ketika semua peta saat ini dan survei geologis terbaru menunjukkan bahwa Jepang tetap tertambat kuat di dasar Samudra Pasifik.
“Jepang sedang berusaha untuk membuka apa yang disebut kantor penghubung NATO,” ungkap menteri luar negeri Jepang pada hari Rabu (10/5/2023), seperti dilansir dari Sputniknews, Kamis (11/5/2023).
Menteri Luar Negeri Yoshimasa Hayashi dilaporkan mengatakan kepada media AS bahwa Jepang “sudah dalam diskusi” untuk membuka pos terdepan formal dalam aliansi agresif tersebut tetapi “belum ada detail yang [telah] diselesaikan.”
Dalam sambutannya, Hayashi secara langsung mengaitkan keputusan tersebut dengan permusuhan yang sedang berlangsung di Ukraina.
“Sesuatu yang terjadi di Eropa Timur tidak hanya terbatas pada masalah di Eropa Timur, dan itu memengaruhi secara langsung situasi di Pasifik ini. Itulah mengapa kerja sama antara kita di Asia Timur dan NATO menjadi… semakin penting.”
Komentar itu muncul hanya satu hari setelah Duta Besar Jepang untuk AS, Koji Tomita, menyarankan kepada wartawan di Klub Pers Nasional Washington bahwa kantor NATO sedang dalam pengerjaan.
“Pembukaan kantor semacam itu adalah salah satu hal yang sedang kami kerjakan untuk memperkuat kemitraan kami,” ungkap Tomita kepada wartawan.
“Saya benar-benar belum mendengar konfirmasi akhir tentang itu, tetapi kami sedang bekerja ke arah itu.”
Kantor tersebut akan menjadi instalasi pertama NATO di Asia, dan diperkirakan akan dipandang dengan kecurigaan oleh Beijing, yang telah menggemakan peringatan Rusia tentang sikap bermusuhan kelompok militer tersebut.
Pada hari Senin (8/5/2023), Kementerian Luar Negeri China memperingatkan negara berpenduduk 1,4 miliar “tidak akan pernah melupakan kejahatan biadab NATO pimpinan AS” di Yugoslavia, tempat aliansi tersebut membom kedutaan besar China di Beograd 24 tahun lalu dalam serangan yang menewaskan 3 orang dan 20 lainnya terluka.
Perkembangan tersebut terjadi menjelang pertemuan G7 minggu ini di Hiroshima, yang dijadwalkan akan dihadiri oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky secara virtual.
Hayashi dilaporkan menggambarkan lokasi pertemuan yang direncanakan di Hiroshima sebagai anggukan pada kebutuhan untuk membahas “nonproliferasi dan pelucutan senjata,” tanpa mencatat bahwa pemimpin de facto G7, Amerika Serikat, yang bertanggung jawab atas pengeboman mematikan yang terkenal di sana.
Keputusan militer AS untuk menyerang Hiroshima dan Nagasaki menandai satu-satunya penggunaan senjata nuklir dalam pertempuran dalam sejarah manusia dan menyebabkan ratusan ribu warga sipil Jepang tewas, cacat, dan dimutilasi selama beberapa generasi.
(Resa/Sputniknews)