(IslamToday ID)— Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengadakan percakapan telepon dengan rekannya dari UEA, Abdullah bin Zayed Al Nahyan, di mana kedua diplomat itu mengutuk penodaan Al Qur’an di Denmark dan Swedia, kata pada hari Ahad (23/7/2023).
“Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengadakan percakapan telepon dengan Abdullah bin Zayed Al Nahyan, menteri luar negeri Uni Emirat Arab (UEA), pada Sabtu malam, mengecam keras penistaan Al-Qur’an di Swedia dan Denmark,” ungkap kementerian itu, seperti dilansir dari Sputniknews, Ahad (23/7/2023)
Kedua pihak juga menyerukan pertemuan mendesak para menteri luar negeri negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan pembalasan serius terhadap para pelaku.
Pada hari Jumat (21/7/2023), anggota kelompok ekstremis Patriot Denmark membakar salinan Al-Qur’an di depan kedutaan Irak di Kopenhagen dan menodai bendera nasional republik tersebut. Aksi itu disiarkan di media sosial.
Pada hari Rabu (19/7/2023), polisi Swedia telah memberi lampu hijau kepada imigran Irak Salwan Momika untuk melakukan protes pembakaran Al-Qur’an lainnya.
Tindakannya sebelumnya pada bulan Juni memicu kemarahan di banyak negara Muslim.
Ratusan pengunjuk rasa Irak menyerbu kedutaan Swedia di Baghdad jelang aksi Momika, yang berlangsung Kamis di depan kedutaan Irak di Stockholm.
Pada akhirnya, pria berusia 37 tahun itu menginjak mushaf Al-Qur’an miliknya namun tidak membakarnya.
Pada tanggal 28 Juni, hari pertama hari raya Idul Adha, sebuah protes terjadi di luar masjid utama Stockholm, di mana sebuah Al-Qur’an dibakar. Polisi Swedia mengizinkan demonstrasi tersebut.
Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengatakan otorisasi itu sah tetapi tidak pantas.
Demonstrasi serupa terjadi di Swedia pada bulan Januari ketika politisi sayap kanan Denmark Rasmus Paludan membakar kitab suci umat Islam di depan kedutaan Turki.(res)