(IslamToday ID)—Pejabat Palestina mengatakan bahwa kelompok bersenjata Palestina di kamp pengungsi Lebanon sepakat untuk gencatan senjata baru setelah lebih dari seminggu kekerasan mematikan di kamp pengungsi terbesar Lebanon.
“Kedua pihak setuju untuk melaksanakan gencatan senjata… mulai hari ini pukul 18.00 (1500 GMT),” ungkap pejabat kamp Palestina, Fuad Othman, kepada AFP melalui telepon pada hari Kamis (14/9/2023).
Menurut cabang Lebanon Palang Merah Palestina bahwa setidaknya 17 orang tewas dan sekitar 100 lainnya terluka dalam bentrokan di kamp pengungsi Ein El Hilweh, di pinggiran kota pelabuhan Sidon.
Pertempuran melibatkan pejuang dari gerakan Fatah Presiden Mahmoud Abbas, yang mengendalikan kamp, melawan kelompok bersenjata saingan.
Seorang pejabat Palestina yang dekat dengan Fatah mengkonfirmasi perjanjian tersebut, meminta anonimitas karena mereka tidak diizinkan berbicara kepada pers.
Perjanjian itu datang setelah Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri, bertemu secara terpisah dengan Azzam al Ahmad dari Fatah dan Mussa Abu Marzuk dari Hamas pada hari Kamis (14/9/2023).
Gencatan senjata sebelumnya runtuh ketika pihak yang berperang gagal mematuhi komitmen untuk menyerahkan pejuang yang dicari oleh pihak lawan.
Seorang koresponden AFP di Sidon mengatakan bahwa kamp tersebut tenang setelah gencatan senjata mulai berlaku.
“Lima pejuang Fatah yang tewas dalam bentrokan tersebut dimakamkan pada hari Kamis,” ungkap koresponden tersebut, seperti dilansir dari TRTWorld, Kamis (15/9/2023).
Kepala tentara Lebanon, Joseph Aoun, mengunjungi sebuah brigade di Sidon pada hari Kamis (15/9/2023) dan mendapatkan laporan “tentang misi yang dilakukan dalam cahaya bentrokan” di dalam kamp.
Menurut konvensi yang sudah berlangsung lama, tentara Lebanon tetap menjauh dari kamp-kamp Palestina dan membiarkan faksi-faksi tersebut mengurus keamanan.
Ratusan keluarga terdislokasi Ein El Hilweh adalah rumah bagi lebih dari 54.000 pengungsi terdaftar dan ribuan orang Palestina yang bergabung dengan mereka dalam beberapa tahun terakhir dari Suriah tetangga, melarikan diri dari perang saudara di sana.
Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk pengungsi Palestina di Timur Tengah (UNRWA) mengatakan pertempuran tersebut telah menggusur ratusan keluarga.
Lima hari pertempuran di kamp pada akhir Juli membunuh 13 orang dan melukai puluhan lainnya.
Untuk diketahui, Fatah dan Hamas adalah faksi Palestina yang paling menonjol. Fatah mendominasi Otoritas Palestina, yang berbasis di Tepi Barat yang diduduki oleh Israel, sedangkan Hamas mengendalikan kota Gaza.(res)