(IslamToday ID)—Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah membahas perkembangan terkini dalam konflik Israel-Palestina dengan rekan sejawatnya dari Aljazair, Abdelmadjid Tebboune, dan Pangeran Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, secara terpisah.
“Erdogan dan Tebboune mendiskusikan secara rinci perkembangan yang mengkhawatirkan dalam peristiwa terbaru pada hari Rabu (11/10/2023), yang ditandai oleh Konflik Israel-Palestina,” menurut Direktorat Komunikasi Turki, seperti dilansir dari TRTWorld, Kamis (12/10/2023).
Pemimpin Turki menyatakan tujuannya adalah mengakhiri ketegangan di wilayah tersebut tanpa meluap ke negara lain dan mencapai perdamaian yang adil melalui perundingan.
Dalam percakapan telepon terpisah dengan bin Salman, Erdogan mengatakan bahwa Turki sedang bekerja untuk memberikan bantuan kepada warga sipil yang tidak bersalah yang terkena dampak serangan yang sedang berlangsung.
Ia menekankan bahwa pengeboman pemukiman warga sipil adalah hal yang tidak dapat diterima, dengan menekankan pentingnya pesan-pesan konstruktif dari negara-negara regional untuk mengakhiri pertempuran.
Dalam eskalasi dramatis ketegangan di Timur Tengah, pasukan Israel telah meluncurkan kampanye militer yang berkelanjutan dan tegas terhadap Gaza sebagai tanggapan terhadap serangan militer yang dilakukan oleh kelompok Palestina Hamas di wilayah Israel.
Konflik ini dimulai pada hari Sabtu (7/10/2023) ketika Hamas memulai Operasi Banjir Al-Aqsa melawan Israel, serangan mendadak multiprong yang mencakup salvo peluncuran roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara.
Hamas mengatakan operasi ini sebagai balasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki dan kekerasan yang semakin meningkat oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina.
Sebagai tanggapan atas tindakan Hamas, militer Israel meluncurkan Operasi Pedang Besi terhadap sasaran Hamas di dalam Gaza.
Respons Israel telah mencakup pemutusan pasokan air dan listrik ke Gaza, yang lebih memburuk kondisi hidup di daerah tersebut yang telah menderita blokade yang merugikan sejak tahun 2007.(res)