JAKARTA, (IslamToday ID) – Sebanyak 660 warga negara Indonesia (WNI) eks ISIS yang meminta untuk dipulangkan ke Tanah Air teridentifikasi mayoritas adalah perempuan dan anak-anak. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyatakan hingga kini belum selesai melakukan verifikasi terhadap ratusan eks ISIS tersebut.
“Informasi yang kami dapatkan dari BNPT, dari beberapa komunitas internasional, apakah saluran intelijen atau badan-badan internasional, sekian puluh ribu FTF (foreign terrorist fighter) dan keluarganya yang sekarang ada di Syria (Suriah). Di beberapa kamp itu. Di antaranya ada kurang lebih 600-an pengakuannya WNI. Itu pun masih belum diverifikasi,” kata Kepala BNPT Suhardi Alius, Jumat (7/2/2020).
“Itu yang kami laporkan kepada Bapak Menko Polhukam, kami rapat. Pak ada informasi seperti ini. Informasi ini bukan cuma milik BNPT, ada tiga lembaga yang pegang juga informasi ini. Pertama BNPT tentunya, kedua adalah BIN, dan ketiga adalah kepolisian, dalam hal ini Densus 88,” sambungnya.
Dari informasi adanya pengakuan 660 WNI eks ISIS tersebut, Suhardi mengatakan, BNPT masih membahas dengan sejumlah kementerian dan lembaga, sehingga belum ada keputusan yang diambil akan memulangkan atau tidak.
“Apapun yang akan kita respons dari informasi itu akan kita sampaikan semua, supaya dibahas. Nah, sekarang masih dalam pembahasan. Jadi tidak ada sama sekali, keputusannya belum ada sama sekali, teman-teman. Ini yang perlu saya luruskan dulu,” ujar Suhardi.
Ia mengatakan 660 orang yang mengaku WNI eks ISIS mayoritas terdiri atas perempuan dan anak-anak. Mereka berada di tiga kamp di Suriah.
“Jadi, sekarang ya di sana juga demikian perempuan dan anak. Walaupun yang 600 lebih itu kami dapatkan adalah mayoritas perempuan dan anak-anak. Tapi kan mereka sudah punya pengalaman semacam itu. Nah, ini perlu jadi pemikiran kita semua,” jelas Suhardi
“Jadi masih kita verifikasi, jumlahnya 600-an. Ada tiga kamp itu, Al-Roj, Al-Hol, Ainisa,” imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi mengatakan jika para WNI eks ISIS dipulangkan, pembinaan harus dilakukan kepada mereka.
“Yakin sih enggak (dapat mengembalikan rasa nasionalisme WNI eks ISIS), tapi kadang-kadang emang logika itu emang wahana anak kecil ya, mungkin masih bisa lah gitu, dibina gitu ya. Mungkin dengan upaya-upaya pendekatan yang baik,” kata Fachrul, Kamis (6/2/2020).
Ia mengatakan hal tersebut khususnya bagi para WNI yang berusia anak-anak, pembinaan perlu dilakukan. Sedangkan bagi WNI mantan anggota ISIS yang telah dewasa, Fachrul menyebut perlu dipikirkan mengenai pekerjaan mereka saat pulang ke Indonesia.
“Paling utama juga menurut saya dia kalau dia sudah baligh, sudah dewasa sedikit, mesti ada kerjaannya. Kalau nggak, pasti dia bangkit lagi ke sana,” sambungnya.
Fachrul pun menjelaskan pendapatnya soal peluang pekerjaan para WNI eks ISIS ini. Ia lalu menyinggung akan ada potensi kemunculan gerakan separatis jika pemikiran para WNI eks ISIS ini tidak dapat diubah dalam memandang sebuah negara.
“Sudah pulang nggak ada kerjaan, nanti mungkin akhirnya kayak kaum-kaum di Aceh itu. Agak mirip mungkin ya, meskipun nggak persis sama sekali. Kalau GAM-GAM (Gerakan Aceh Merdeka) gini kan nggak model sadis begini. Dia kan juga ideologinya kan juga bukan ideologi yang sangat radikal seperti ini. Dia hanya katakanlah hanya ingin memberontak dari pemerintahan yang sah. Ideologinya yakin sama-sama dengan kita-kita saja,” jelas Fachrul. (wip)
Sumber: Detik.com, CNNIndonesia.com