IslamToday ID – Ventilator menjadi kebutuhan mendesak dalam penanganan paisen yang terinfeksi covid-19. Sejumlah perguruan tinggi di Indonesia berlomba lomba mengembangkan alat tersebut.
Institut Teknologi Bandung (ITB) berkolaborasi dengan YPM Salman ITB dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran untuk mengembangkan ventilator yang dapat digunakan dengan mudah oleh tenaga medis. Produk ventilator darurat tersebut diberi nama Vent-I (Ventilator Indonesia).
“Vent-I adalah alat bantu pernapasan bagi pasien yang masih dapat bernapas sendiri (jika pasien covid-19 pada gejala klinis tahap 2) , bukan diperuntukkan bagi pasien ICU,” ujar Jam’ah Halid selaku Manajer LPP Salman yang turut serta dalam pengembangan ventilator tersebut, Jum’at (3/4/2020).
Prototype Vent-I telah dipresentasikan di depan dokter senior Fakultas Kedokteran Unpad. Pada Presentasi awal terdapat tiga fungsi yang didemonstrasikan, yaitu CPAP (Continuous Positive Airway Pressure), CPC (Continuous Pressure Control), dan SPC (Synchronize Pressure Control).
Fungsi CPAP pada ventilator tersebut dapat digunakan oleh pasien yang mengalami sesak namun masih dapat bernapas sendiri agar tidak sampai harus dirawat di ICU. Tindak lanjut setelah pertemuan tersebut adalah kementerian kesehatan menugaskan BPFK ( Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan ) untuk melakukan serangkaian pengujian Vent-I.
“Target awal dari Tim adalah membuat 100 buah Vent-I secara in house untuk disumbangkan ke Rumah Sakit yang membutuhkan,” imbuh Jalid
Terpisah, Universitas Indonesia (UI) juga mengembangkan ventilator rendah biaya berbasis sistem pneumatik (covent-20) untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit di Indonesia selama pandemi virus corona.
Ketua Tim Ventilator UI, Basari mengungkapkan dari 2.867 rumah sakit di Indonesia ternyata hanya memiliki 8.413 unit ventilator. Provinsi Jawa Barat hanya 364 rumah sakit yang memiliki ventilator. Jumlahnya sekitar 1.215 unit. Sedangkan DKI Jakarta hanya memiliki 1.071 ventilator yang tersebar di 190 rumah sakit.
Padahal sejak Maret 2020, jumlah pasien positif Covid-19 di Indonesia mengalami peningkatan secara signifikan. Kebutuhan ventilator untuk RS Rujukan dan RS Darurat di Indonesia semakin banyak,
Lanjutnya, selama ini ada sekitar 70-an distributor ventilator yang dapat memasok 231 jenis/tipe Ventilator Impor ke Indonesia. Tapi dengan kondisi pandemi covid-19 yang melanda seluruh dunia, terjadi keterbatasan stok ventilator impor tersebut.
Biasanya ada dua tipe ventilator, yakni yang biasa digunakan di ruang ICU dengan mode lengkap dan ventilator transport biasanya hanya 1 mode untuk dalam kondisi emergency. Tim ventilator UI berusaha mengembangkan ventilator transport.
Pertimbangannya, ketersediaan sparepart lokal lebih banyak. Selain itu pasien dalam pengawasan (PDP) dan pasien positifd covid-19, membutuhkannya selama perjalanan kerumah sakit.
Saat ini Tim Ventilator UI telah menyelesaikan proses kalibrasi awal COVENT-20 di perusahaan Kalibrasi PT Medcalindo dengan hasil yang menjanjikan.
Tahapan selanjutnya pengujian di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK), dan uji klinis di RSUI sebelum pengurusan izin produksi dan izin edar dari Kementerian Kesehatan dan produksi massal. Inovasi ventilator karya UI ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan rumah sakit di Indonesia.
Dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) juga tengah mengembangkan pembutan ventilator untuk membantu penanganan pasien Covid-19. Pengembangan ventilato dilakukan dengan dengan kerjasama sejumlah pihak, yakni Toyota, industri lokal Yogyakarta dan rekan-rekan sejawat dokter UGM dan RSUP Dr Sardjito.
Selama satu bulan UGM terus menyempurnakan ventilator portabel praktis yang mudah dipakai dan biaya pembuatan terjangkau. Diakui prototipe ventilator tersebut tidak mudah karena harus memenuhi standar kesehatan. Maka dilibatkan pula tenaga dokter dan tenaga medis dalam pembuatannya.
Rencananya, Tim UGM mengembangkan tiga jenis ventilator yakni versi fully featured ventilator (high end) versi low cost dan versi ambu bag conversion. Proses pembuatan ventilator tanpa ambu bag dan versi ambu bag cukup murah. Target mereka, paling lambat dalam dua pekan semua fitur keamanan, sensor dan mode sudah dikonfigurasi.
“Masih diuji coba, sudah kami uji bersama tim dokter kami di RSUP Sadrjito, masih penyempurnaan, kemarin ada beberapa sensor tambahan yang diminta tim dokter karena pengukurannya cukup penting,”ujar Anggota Tim Dosen UGM, Andhika Widyaparaga, Selasa (7/4/2020)
Lokal Berkualitas
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan rumah sakit milik BUMN dan jaringannya hanya mampu menampung sekitar 10.000 pasien. Dalam konsisi itu dibutuhkan dibutuhkan sekitar 1,5 juta APD dan tambahan sekitar 500 unit ventilator. Tapi BUMN baru bisa memenuhi setengahnya.
Lanjut Erick, Sebagai gambaran, dari 661 intensive care unit (ICU) di rumah sakit milik pemerintah, baru 50% yang memiliki ventilator. Untuk memenuhi sisanya, salah satu opsi yaitu produksi ventilator dari dalam negeri.
Bukan asal membeli, standar ventilator tetap diperhatikan. Sementara, terkait dengan pengawasan, pembinaan, dan pemberian izin, berada di Kementerian Perindustrian dan Kementerian Kesehatan.
“Di rapat dengan Presiden (Joko Widodo), Kepala BNPB (Doni Monardo) sampaikan alternatif pembuatan ventilator lokal. Ada UI dan ITB, kami siap saja (membeli),” kata Erick dalam konferensi pers virtual, Selasa (7/4).
Penulis: Arief Setiyanto