IslamToday ID — Guru Besar Ekonomi FEB IPB Indonesia, Prof Didin S Damanhuri memandang sikap pemerintah dalam penanganan Covid-19 dinilai buruk. Pasalnya, Indonesia kini menjadi negara tertinggi pada kasus harian dan kasus pasien meninggal akibat Covid-19.
Menurutnya, pemerintah harus segera mengambil keputusan agar tidak terjadi lonjakan kasus secara terus-menerus dan agar pandemi tidak semakin meluas.
“Karena memang jelas ya logicly bahwa ini adalah sebuah penanganan yang buruk. Oleh karena itu konsekuensinya menurut saya harus ada keputusan yang memang menjawab realitas itu,” kata Didin dalam webinar yang diselenggarakan Narasi Institute,Sabtu ( 10/07/2021)
Tak hanya itu, Didin juga melihat sejak awal 2020, cara penanganan covid-19 antara daerah dengan pemerintahan pusat tidak pernah menyatu. Seperti halnya, ketika awal pandemi, Gubernur Jakarta meminta untuk menutup akses keluar masuk Ibukota, namun tidak diperbolehkan oleh pemerintah pusat.
Oleh karena itu, menurutnya, penanganan Covid-19 ini harus dilakukan secara sentralisasi dengan cara Presiden Jokowi terjun langsung memimpin penanganan covid-19. Dan meminta presiden untuk bekerjasama dengan kepala daerah di seluruh Indonesia.
“Hubungan pusat dan daerah ini juga belum selesai gitu apa di dalam era desentralisasi dan demokrasi ini. Jadi saya kira problem governance di dalam era demokrasi ini apalagi menghadapi krisis besar penyakit dan ekonomi sekaligus, Indonesia rupanya menjadi salah satu negara yang contoh buruk, akhirnya dampaknya sekarang menjadi negara yang tertinggi” Jelas Didin
“untuk khusus penanganan covid-19 tidak ada salahnya tersentralisasi kembali, misalnya ya kepala kepala daerah itu menjadi sub koordinasi dari yang dipimpin oleh pusat langsung dari presiden,” lanjutnya.
Merubah penanganan menjadi sentralisasi juga dinilai Didin menjadi upaya meminimalisir ketidaksinkronan kebijakan penanganan covid antar daerah dan pemerintah pusat.
Didin melihat, selama ini, adanya perpecahan pengambilan kebijakan di Indonesia ini menjadi tanda tidak terlalu siapnya Indonesia menghadapi krisis besar, penyakit dan krisis ekonomi.
“Sekarang saking tidak sinkronnya, bagaimana genjotnya ekonomi covid kewalahan,” tutur Didin.
Tak hanya itu, pemerintah juga dinilai lambat dalam penanganan kasus varian delta yang mulai ditemukan di India. Pasalnya, Didin menilai saat kasus varian delta menyerang negeri Gajah Putih, Indonesia malah melihatnya acuh lalu bertindak seperti penanganan covid biasa.
Didin menduga delta ini adalah penyebab melonjaknya kasus covid-19 di Indonesia, dan bukan dikarenakan libur panjang Nataru dan Idul Fitri.
“Konon menurut ahli sekarang ini varian delta inilah yang membuat (Indonesia) bukan hanya soal libur panjang, tahun baru, idul fitri, varian delta yang membuat kasus hariannya 38 ribu yang membuat kematian diatas seribu dan praktis kita menjadi tertinggi di dunia,” pungkasnya.
penulis Kanzun