(IslamToday ID) – Walhi Jateng menyatakan banjir rob yang terjadi di wilayah Semarang dan sejumlah wilayah pesisir Pantura disebabkan karena eksploitasi lingkungan. Masifnya pembangunan di pesisir telah menyebabkan kerusakan sosial-ekologis.
“Bencana ini menjadi bencana yang seakan diundang oleh manusia, khususnya pemangku kebijakan. Meski rob terus terjadi setiap tahun, pembangunan industri di wilayah pesisir tetap saja dilakukan,” kata Manajer Advokasi dan Kampanye Walhi Iqbal Alma seperti dikutip dari CNN Indonesia, Kamis (2/6/2022).
Menurutnya, banjir rob di Semarang dan sekitarnya bukanlah semata-mata kiriman Tuhan, tetapi melalui proses panjang yang diciptakan oleh manusia sendiri. Ia menuding banjir rob itu adalah bencana yang disengaja.
“Landscape wilayah pesisir juga ekosistemnya mengalami banyak perubahan yang menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan,” ujar Iqbal.
Ia lantas membeberkan beberapa pembangunan di pesisir Jateng seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, Kawasan Industri Terpadu Batang, Jatengland Industrial Park Sayung, dan Kawasan Industri Wijayakusuma.
“Juga pembangunan sarana infrastruktur yang terus digalakkan seperti pembangunan tol tanggul laut Semarang-Demak dan pemanfaatan ruang laut terhadap pembangunan jalan tol Semarangan Harbour (Semarang-Kendal),” jelasnya.
Padahal, kata Iqbal, kondisi tanah di beberapa wilayah itu merupakan tanah sedimen dan tanah lunak. Dengan beban berat bangunan, wilayah itu mengalami penurunan muka air tanah. “Selain karena penggunaan air tanah yang berlebih,” ucapnya.
Terkait itu pihaknya mendesak pemerintah baik pada tingkat kota, provinsi, maupun nasional untuk menghentikan segala bentuk pembangunan yang eksploitatif dan merenggut ruang hidup masyarakat wilayah pesisir.
Sementara itu, Manajer Pengelolaan Pengetahuan Walhi Jateng Patria Rizky menilai banjir rob juga diakibatkan oleh krisis iklim. Menurutnya, cuaca ekstrem semakin intens terjadi di pesisir utara Jateng.
“Menurut kami, banjir rob kali ini merupakan bukti nyata bahwa kita sudah berada pada situasi krisis iklim,” katanya.
Menurut Patria, meskipun banjir rob merupakan peristiwa tahunan bahkan bulanan di pesisir utara Jateng, tetapi banjir rob kali ini merupakan salah satu yang terparah. “Hampir merata di seluruh kota/kabupaten di pesisir utara Jawa Tengah,” ujarnya.
Di Semarang, katanya, ombak besar bahkan telah menghancurkan tanggul. Hal-hal ini tadi menjadi bukti bahwa pesisir utara Jateng sudah kehilangan daya dukung dan daya tampung lingkungannya.
Namun, ia menyayangkan pemerintah masih enggan menyatakan bahwa kita berada pada situasi darurat iklim. “Keengganan pemerintah ini juga dapat kita lihat pada kebijakan yang masih berjalan seperti biasa yang cenderung fokus kepada aspek ekonomi (business as usual), alih-alih fokus pada aspek sosial dan lingkungan,” pungkasnya. [wip]