(IslamToday ID) – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) akhirnya merilis laporan keuangan tahun 2021. Sebagaimana sudah diprediksi banyak pihak, Garuda Indonesia mencatatkan kinerja mengecewakan dalam laporan keuangannya alias merugi.
Perusahaan plat merah ini membukukan rugi usaha senilai 3,96 miliar dolar AS sepanjang tahun lalu. Rugi usaha ini melonjak 79,84 persen secara year on year (yoy).
Adapun, rugi Garuda yang dapat didistribusikan kepada entitas induk atau rugi bersih sebesar Rp 4,15 miliar dolar AS. Jika dirupiahkan, maka rugi bersih Garuda (rugi Garuda) di tahun 2021 yakni sebesar Rp 62,3 triliun (kurs Rp 14.993).
Rugi bersih Garuda ini semakin parah dibandingkan setahun sebelumnya. Di mana rugi bersih Garuda sepanjang 2020 adalah sebesar 2,44 miliar dolar AS atau kerugian tahun 2021 membengkak 70,25 persen. Sementara aset GIAA juga ikut menyusut 33,33 persen yoy menjadi 7,19 miliar dolar AS.
Sedangkan, utang perseroan naik 4,47 persen yoy jadi 13,30 miliar dolar AS. Rugi yang membengkak ini terutama diakibatkan oleh anjoknya pendapatan Garuda. Pada tahun 2021, perusahaan hanya bisa mencatatkan pendapatan usaha sebesar 1,33 miliar dolar AS.
Total pendapatan ini merosot drastis dibandingkan tahun 2020, di mana Garuda masih bisa meraup pendapatan 1,49 miliar dolar AS. Dengan begitu, secara persentase pendapatan turun 10,43 persen.
Rinciannya, segmen penerbangan berjadwal menyusut 13,28 persen yoy menjadi 1,04 miliar dolar AS. Lalu, segmen penerbangan tidak berjadwal turun 13,99 persen menjadi 88,05 miliar dolar AS dan pendapatan lainnya 207,47 miliar dolar AS di akhir 2021.
Penurunan pendapatan Garuda Indonesia juga seiringan dengan penyusutan beban usaha sebesar 21,03 persen menjadi 2,60 miliar dolar AS di akhir 2021 dari 3,30 miliar dolar AS pada tahun 2020.
Sebelumnya, manajemen Garuda Indonesia menargetkan pertumbuhan kinerja secara bertahap hingga tahun 2025. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra optimistis pertumbuhan kinerja ini akan dimulai dari semester II tahun ini.
“Proyeksi kinerja positif di tahun 2022 akan terus dioptimalkan secara bertahap hingga 2-3 tahun mendatang agar dapat kembali ke level periode masa sebelum pandemi. Optimisme tersebut terus kami selaraskan dengan demand dan tren pergerakan penumpang yang semakin meningkat,” kata Irfan dalam siaran pers seperti dikutip dari Kompas.
Ia menargetkan pertumbuhan kinerja Garuda Indonesia ini bisa kembali ke masa-masa sebelum pandemi untuk menghasilkan profit yang optimal bagi kinerja usaha.
Pertumbuhan kinerja yang diproyeksikan tersebut juga sejalan dengan akselerasi pemulihan kinerja yang tengah dioptimalkan Garuda Indonesia pasca meraih kesepakatan homologasi melalui proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) pada akhir Juni 2022 lalu.
“Oleh karenanya kami optimistis melalui momentum tercapainya homologasi PKPU, Garuda dapat secara konsisten mempertahankan capaian kinerja positif serta ke depannya dapat segera membukukan profit,” jelasnya.
Irfan memaparkan, pendapatan usaha pada bulan Mei 2022 lalu berhasil membukukan profitabilitas melalui pendapatan rute angkutan penumpang, kargo, charter maupun pendapatan penunjang lainnya. “Capaian tersebut menjadi kinerja positif yang berhasil dicatatkan Garuda sejak akhir tahun 2021 lalu,” tambahnya.
Secara umum, walaupun pendapatan usaha Garuda Indonesia belum sepenuhnya pulih jika dibandingkan dengan periode pra-pandemi, perseroan berupaya menerapkan cost leadership yang turut diselaraskan melalui restrukturisasi kewajiban usaha pada proses PKPU.
“Oleh karenanya, dengan berbagai momentum strategis yang terus diakselerasikan perusahaan di tahun 2022 ini, kami optimistis kinerja korporasi akan berangsur pulih dalam waktu dekat melalui basis optimalisasi kinerja positif pada lini pendapatan usaha Garuda,” tambah Irfan.
Tidak dapat dipungkiri, dengan tekanan kinerja Garuda Indonesia selama lebih dari dua tahun terakhir berdampak pada kinerja keuangan yang mengalami penurunan kinerja yang signifikan. [wip]