(IslamToday ID) – Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) memproyeksi daya beli buruh bakal jeblok hingga 50 persen jika pemerintah menaikkan harga BBM jenis pertalite dan solar bersubsidi.
Presiden KSPI Said Iqbal mengatakan daya beli buruh sudah turun 30 persen karena upah buruh tak naik dalam tiga tahun terakhir. Jika ditambah dengan kenaikan harga pertalite dan solar bersubsidi, maka hidup buruh akan makin susah.
“Kalau sekarang daya beli sudah turun 30 persen, nanti ada kenaikan harga BBM maka proyeksi Litbang KSPI daya beli akan turun ke 50 persen,” ujar Said, Selasa (30/8/2022).
Penurunan daya beli buruh akan membuat pertumbuhan ekonomi nasional jeblok. Said bahkan memastikan target pertumbuhan ekonomi pemerintah sebesar 5 persen mustahil terwujud.
“Pertumbuhan ekonomi khususnya pada kuartal III dan IV yang diproyeksi 5 persen tak akan tercapai,” ucap Said dikutip dari CNN Indonesia.
Ia mengaku akan mengerahkan puluhan ribu buruh untuk menggelar aksi menolak kenaikan BBM di 34 provinsi pada 6 September 2022.
Selain menolak kenaikan harga BBM, KSPI juga akan menuntut kenaikan upah sebesar 10 sampai 13 persen pada 2023 dalam aksi unjuk rasa tersebut. Pasalnya, upah buruh sudah tak naik dalam tiga tahun terakhir.
“Dengan hitungan inflasi 6 persen sampai 8 persen, pertumbuhan ekonomi di rentang 5 persen, upah buruh harusnya naik 10 persen-13 persen,” kata Said.
Ia menambahkan bahwa KSPI juga akan menolak pengesahan UU Cipta Kerja dalam aksi unjuk rasa bulan depan itu.
Berikut alasan lengkap KSPI tolak kenaikan pertalite dan solar subsidi:
Pertama, kenaikan harga BBM akan membuat daya beli masyarakat turun. “Kenaikan harga BBM yang disebut-sebut 30 persen khususnya pertalite menjadi Rp 10.000 akan mengakibatkan daya beli buruh dan masyarakat kecil turun drastis,” tutur Said.
Kedua, buruh meminta pemerintah jangan membandingkan harga BBM dengan negara lain yang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi dibandingkan Indonesia.
Ketiga, buruh menuntut pemerintah mengecek lagi berapa sebenarnya pemakai pertalite dan solar subsidi selama ini. Sebab, berdasarkan survei KSPI, pengguna pertalite adalah masyarakat kelas menengah bawah.
“Berdasarkan Litbang KSPI, pengguna BBM pertalite adalah kelas menengah bawah, sepeda motor dan angkutan umum itu 120 juta. Jadi bagaimana mungkin dikatakan BBM subsidi banyak tidak tepat sasaran,” ujar Said.
Keempat, ongkos transportasi umum berpotensi meningkat hingga 40 persen jika harga pertalite dan solar subsidi naik. Hal itu akan berdampak pada nelayan, petani, dan kelas menengah bawah. [wip]