(IslamToday ID) – Pengamat politik Rocky Gerung khawatir kebocoran data yang ramai terjadi akhir-akhir ini disalahgunakan untuk kepentingan politik.
“Jadi tetap, orang curiga aja itu ‘ngapain kok bisa data itu bocor’. Kalau data itu nggak bisa ditemukan, orang bertanya ‘loh CCTV di rumah Sambo aja bisa ditemukan, kenapa ini nggak bisa ditemukan’,” kata Rocky dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official, Jumat (9/9/2022).
“Jadi hal yang semacam ini menimbulkan spekulasi, memang data itu akan dipakai untuk permainan politik, gampang aja, kita simpulkan aja begitu sebelum ada keterangan lebih jauh dari pemerintah,” sambungnya.
Oleh karenanya, Rocky mengaku bahwa masyarakat tinggal tunggu klarifikasi dari pemerintah. Apalagi ini menyangkut soal privasi seseorang, privasi warga negara, serta data warga negara.
Tidak dipungkiri Rocky bahwa data warga sebenarnya bersifat politis terutama data yang disimpan negara. Sehingga, diakuinya, semua yang dikenal dengan big data di dalamnya ada potensi untuk dipermainkan.
“Dan kita pro pada hacker, karena bagi kita, hacker itu menguji negara. Kita nggak bilang hacker mengambil data saya, nggak. Negara yang membocorkan data saya, itu cara berpikirnya tuh,” ungkap Rocky.
Diakuinya, para hacker yang belakangan membocorkan data-data penduduk tersebut bisa saja sedang mencurigai soal Laporan Kekayaan Pejabat Negara (LKPN). Dan tentu saja hal ini bisa menjadi kekuatan pengimbang.
Terlebih, menurutnya, teknologi memungkinkan sebagai penguatan pengimbang dalam pemerintahan. “Jadi anggap aja ini ada kerjaan society itu. Jadi pemerintah nggak usah ngemis-ngemis balikin dong, nggak lah kata masyarakat sipil yang diwakili oleh hacker,” ujar Rocky.
Maka dari itu, ia menyebutkan kalau dalam manajemen data, ada yang berupaya untuk membersihkan data, tapi ada yang mengintai data.
Rocky juga menyinggung Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut B Pandjaitan yang dulu sempat heboh gara-gara bilang soal big data.
Rocky memuji cara Luhut meyakinkan publik dengan menggunakan big data. Selain itu, secara akademis hal itu juga dianggap bagus.
“Dulu Pak Luhut Pandjaitan itu berupaya untuk meyakinkan publik dengan big data itu dan itu memang secara akademis bagus juga,” ujarnya. Hanya saja, pada saat kemunculan big data itu, terjadi kontroversi karena Luhut tidak mau menanggapi permintaan data tersebut dibuka.
Terlepas dari hal tersebut, penggunaan big data untuk melihat tren di masyarakat sudah dianggap benar. Hanya saja transparansi data tersebut yang dianggap tidak benar. “Tetapi, itu kan dipakai pemerintah untuk lihat tren, dari segi itu LBP (Luhut Binsar Pandjaitan) benar. Yang kurang benar adalah dia nggak membuka,” ujar Rocky. [wip]