(IslamToday ID) – Ahli hukum tata negara Refly Harun menilai acara bagi-bagi amplop berisi uang yang dilakukan oleh Ketua DPC PDIP Sumenep yang juga Bupati Sumenep Achmad Fauzi dan Plt Ketua DPD PDIP Jawa Timur Said Abdullah adalah tindakan money politic atau politik uang.
“Republik ini susah karena money politic atau suap dalam pemilu dianggap biasa-biasa saja, bukan hal yang mencederai demokrasi kita,” kata Refly mengutip dari channel YouTubenya, Rabu (29/3/2023).
“Malulah sama orang luar negeri, masa money politic menjadi kerjaan sehari-hari, kalau nyumbang ya, nyumbang aja nggak usah pakai amplop dan pakai gambar logo partai dan calon tersebut, ini mah niatnya sudah enggak benar,” tambahnya.
“Memang yang bersangkutan yang ada di dalam logo itu belum menjadi calon, tapi jangan lupa partainya sudah. Partainya sudah, karena dia membawa atribut partai, jadi sedang melakukan money politic,” bebernya.
Refly pun menantang Bawaslu dan DPR agar bisa memberikan sanksi kepada kader PDIP yang ketahuan membagi-bagikan amplop di masjid.
“Sebenarnya ini Bawaslu harus tegur, lalu Badan Kehormatan DPR harus tegur yang bersangkutan, kalau seandainya yang bersangkutan anggota DPR,” katanya.
“Jadi walaupun belum masuk yurisdiksi Bawaslu, yang bersangkutan harus ditegur, bahkan bila perlu ya diberikan sanksi berat,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Bappilu PDIP Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul membela kadernya, Said Abdullah terkait pembagian amplop berlogo PDIP di salah satu masjid di Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Bambang menilai, pembagian amplop itu tidak ada kaitannya dengan praktik money politic. Sebab, Pemilu 2024 belum dimulai. “Kalau itu money politic-nya kan nggak ada, wong belum pemilu,” katanya dikutip dari Liputan 6.
Lebih lanjut, ia menyebut belum diketahui apakah Said Abdullah akan maju sebagai Caleg atau kepala daerah pada Pemilu 2024 mendatang. Namun, saat ini Said masih dalam kapasitas legislator yang sedang mengunjungi Dapil.
“Apakah Pak Said akan dicalonkan? Belum tentu juga. Kan masih jauh pencalonan. Jadi, apakah Pak Said mau jadi gubernur, juga belum jelas. Apakah jadi Caleg, belum jelas juga. Masih panjang,” tegasnya.
Kendati demikian, Bambang pun memahami jika publik merasa ada yang kurang pas dengan amplop yang dibagikan di masjid, apalagi menggunakan logo partai. Namun, menurutnya, pembagian amplop itu merupakan tali kasih kepada konstituennya.
“Yang kurang pas adalah pakai amplop gambar itu, seolah-olah pribadi menjadi organisasi. Tetapi bisa kita lihat bahwa Pak Said tersentuh hatinya untuk membagi, karena kecintaan Pak Said sama PDIP, kecintaan Pak Said sama jamaahnya yang meramaikan masjidnya, menjadi jamaah masjid bapaknya,” pungkas Bambang. [wip]