(IslamToday ID) – Mantan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyoroti merebaknya fenomena LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) dalam beberapa waktu terakhir. Menurutnya, virus LGBT bergerak masif dengan mengatasnamakan hak asasi manusia (HAM), inklusivitas, dan kebebasan.
“Para pemimpin bangsa dan seluruh stakeholders bangsa harus segera bertindak tegas, cepat, dan cerdas dalam menanganinya, serta tidak boleh terlambat, agar virus dapat disolusikan dan dapat segera dibendung, sehingga virus LGBT tidak berubah menjadi pandemi LGBT yang membahayakan masa depan bangsa Indonesia,” kata Kiai Said, Kamis (27/7/2023).
Ia menjelaskan, tidak ada agama yang mentolerir LGBT karena melawan kodrat ilahiyah penciptaan manusia dan bertentangan dengan Pancasila. LGBT adalah virus kemanusiaan, yang apabila dibiarkan akan mempercepat punahnya manusia dan sekaligus mempercepat datangnya azab Allah SWT.
Ketua Umum Lembaga Persahabatan Ormas Islam dan Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOI-LPOK) ini mengingatkan azab Allah yang pernah ditimpakan kepada manusia karena perilaku LGBT. Kisah Kaum Luth yang dihancurkan Allah adalah bukti nyata yang seharusnya menjadi warning dan pengingat bagi seluruh manusia, agar tragedi tersebut tidak terulang kembali.
Perilaku dan orientasi menyimpang LGBT sangatlah tidak dibenarkan secara medis, sangat rentan dan sangat membahayakan bagi kesehatan manusia. Pembiaran dan acuh tak acuh terhadap fenomena LGBT, kata Said, akan memicu kehancuran generasi masa depan Indonesia. Karena virus LGBT sangat mudah merebak dan menjangkiti masyarakat. Mereka bergerak sangat masif melalui pintu budaya dan propaganda multimedia.
“Bila tidak segera ditanggulangi dengan saksama dan cepat, keberadaan LGBT akan meluas dan kemudian meluluhlantakkan tatanan sosial dan budaya Indonesia serta berlawanan dengan spirit agama-agama di Indonesia,” jelasnya dikutip dari Sindo News.
Said memandang pergerakan LGBT tengah mendapatkan angin segar dari konspirasi global selaras dengan setting pemaksaan mereka terhadap negara-negara untuk menerima keberadaan mereka. Karena itu perlu kebersamaan dari para pemimpin negara, pemimpin agama, dan seluruh stakeholders bangsa, untuk bergerak bersama mewaspadai dan membangun kesiapsiagaan menghadapi serbuan virus LGBT.
Virus ini menyebar secara masif terselubung di balik dalih demokrasi dan daya paksa atas nama HAM, inklusivitas, dan kebebasan, serta didukung kekuatan pendanaan global.
Dalam menghadapi tekanan konspirasi global dan berkembangnya budaya global dengan segala konsekuensinya, khususnya menghadapi fenomena LGBT, bangsa Indonesia harus memiliki imunitas ideologi, filter budaya, dan benteng moral keagamaan yang kokoh, sehingga keberadaannya mampu membereskan virus LGBT dengan tuntas dan mampu menjaga kedaulatan identitas dan jati diri bangsa secara komprehensif.
“Edukasi kepada generasi bangsa harus masif dilakukan oleh semua pihak, sebagai vaksin mental spiritual agar masyarakat tidak mudah terinveksi virus LGBT dan masuk dalam jebakan kehancuran,” kata lulusan Universitas Umul Quro, Makkah, Arab Saudi ini.
Said mendorong negara hadir dan membangun benteng pertahanan yang kuat. Negara tidak boleh kalah dan tunduk dengan setting global. Pemerintah bisa menjaga lebih ketat ruang regulasi agar tidak ada celah yang memberi ruang tumbuh berkembangnya LGBT.
Di ruang publik, pemerintah dan seluruh stakeholders harus mengawasi dengan saksama, agar penyebaran virusnya segera berhenti dan tidak meluas.
“Hentikan kampanye dan pergerakan virus LGBT yang berpotensi merugikan bangsa, dengan dalih apapun. Segera selamatkan bangsa dari virus LGBT,” kata Said.
Bagi yang telah terjangkit virus LGBT, maka harus segera ditangani, disembuhkan, dan dikembalikan kepada kodratnya sebagaimana mestinya. Masyarakat tidak boleh mencibir dan mendiskreditkan mereka yang terjangkit.
“Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa melindungi bangsa Indonesia dari berbagai ancaman, tantangan, gangguan, dan hambatan dari dalam maupun luar negeri. Aamiin,” pungkas Said. [wip]