(IslamToday ID) – Pakar politik Hanta Yuda mengatakan usulan Ketua Dewan Pembina PSI Jeffrie Geovanie untuk menjadikan Jokowi sebagai ketua koalisi atas semua partai politik pendukung Prabowo Subianto tidak lepas dari status presiden saat ini yang masih menjabat sebagai kepala negara sekaligus bisa menjadi jembatan. Ini terkait kebutuhan Prabowo-Gibran untuk mendapatkan koalisi dalam pemerintahannya nanti.
“Kebutuhan Prabowo-Gibran saat ini untuk mendapatkan koalisi paling tidak pas terbatas harus mendapatkan tambahan partai. Opsi Prabowo-Gibran ada dua, apakah mengambil satu per satu partai atau mengambil partai dari koalisi 01 dan 03,” kata Hanta seperti dikutip dari YouTube tvOneNews, Rabu (13/3/2024).
“Salah satu figur saat ini yang bisa menjadi jembatan yang strategis untuk mengkonsolidasi kekuatan parlemen tadi, itu adalah Pak Jokowi karena posisi hari ini. Karena saat ini posisinya punya kedekatan dengan Muhaimin Iskandar, Surya Paloh, sehingga relatif lebih mudah bagi Pak Jokowi karena mereka berada di koalisi yang sama per hari ini,” terangnya.
Bahkan dengan posisinya saat ini yang merupakan presiden tidak menutup kemungkinan Jokowi juga bisa membangun koalisi dengan Megawati Soekarnoputri.
“Mungkin hubungannya akan cair dengan Ibu Mega, sehingga Pak Jokowi dalam konteks membangun koalisi yang dibutuhkan Prabowo-Gibran dalam corak multi partai seperti saat ini supaya menyukseskan visi misi janji kampanyenya,” jelasnya.
Posisi strategis Jokowi ini, menurutnya, akan berlangsung hingga Oktober mendatang, bahkan bisa menjadi ketua koalisi. Namun setelah Oktober posisi Jokowi ini akan berubah.
“Karena setelah 2024 Joko Widodo bukan Presiden Indonesia lagi, ada pergeseran instrumen kekuasaan, pengaruh politik, instrumen hukum, semua bergeser ke Prabowo bukan Jokowi. Jokowi juga bukan ketua salah satu partai. Untuk melanggengkan (kekuasaan) Jokowi butuh kaki politik, salah satu kaki politik yang paling strategis kalau berhasil mengambil alih Golkar,” urainya.
Bila Jokowi pada akhirnya berhasil mengambil alih Golkar, maka jabatan ketua koalisi seperti yang diusulkan pembina PSI akan lebih lama disandang.
“Tapi kalau tidak menjadi ketua umum Golkar maka usianya tidak akan lama. Akan menjadi jembatan sementara, setelah selesai jembatan ini akan dirobohkan dan akan ada jembatan baru. Pak Jokowi akan ditinggalkan peluangnya semakin besar,” jelasnya. [ran]