(IslamToday ID) – Negara-negara yang pengaruh internasionalnya melemah atau gagal memenuhi ambisinya telah menemukan “kartu” baru untuk dimainkan, yakni Taiwan.
Media di Taiwan melaporkan bahwa Greg Hands, Menteri Luar Negeri Inggris di Departemen Perdagangan Internasional, melakukan kunjungan virtual ke Taiwan pada hari Rabu (21/10/2020) dan Kamis (22/10/2020), dalam upaya meningkatkan hubungan perdagangan dan pendidikan dengan negara pulau itu.
Pada bulan September, selama sesi parlemen, Hands berjanji untuk memulai pembicaraan perdagangan antara Inggris dengan Taiwan.
Seberapa besar Inggris benar-benar menghargai Taiwan patut diperdebatkan. Tetapi yang pasti adalah pendekatan Inggris ke negara itu dimaksudkan untuk membuat jengkel China.
Hubungan antara Inggris dan China cukup rumit. Di satu sisi, Inggris sangat ingin menyusun sistem diplomatik globalnya pasca-Brexit, yang mengharuskannya untuk terlibat dalam kerja sama yang mendalam dan erat dengan China.
Di sisi lain, sebagai anggota aliansi Lima Mata dan melekat erat pada gerbong anti-China Amerika Serikat (AS), Inggris mendapat tekanan AS serta faktor-faktor domestik untuk melawan China karena keberadaan Huawei dan Hong Kong.
Inggris, seperti sekutu dan mitra AS lainnya, hidup di bawah bayang-bayang AS. Bahkan AS tidak berani memutus garis bawah hubungan bilateral dengan China dan melanggar kepentingan inti China, apalagi Inggris.
Hanya dengan memainkan “kartu Taiwan” untuk menghasut China, Inggris dapat menunjukkan kehadirannya di panggung dunia, misalnya dengan kunjungan virtual yang sedang berlangsung. Ini adalah taktik diplomatik umum Inggris dalam hubungannya dengan China.
Hubungan antara China dan Inggris tidak timbal balik. China memiliki keunggulan, baik dalam pendidikan atau perdagangan. Karena Brexit dan masalah Covid-19, kepemimpinan dan pengaruh Inggris atas urusan global telah terpukul. Tetapi pengaruh China di kawasan Asia-Pasifik dan dunia malah tumbuh.
“Semakin pasif posisi Inggris di dunia dan hubungannya dengan China, semakin Inggris merasa perlu untuk menunjukkan kehadirannya, tetapi hanya dengan cara-cara kecil,” kata Gao Jian, Direktur Pusat Studi Inggris di Shanghai International Studies University kepada Global Times, Rabu (21/10/2020).
Ia menyatakan tujuan Inggris adalah untuk mencari pengaruh diplomatik yang lebih besar, dan mencapai keseimbangan dalam hubungan dengan China.
Inggris harus menyadari kepentingan inti dan menggarisbawahi diplomasi China. Politisi Inggris tidak boleh memanjakan diri dalam melamun dan melewati batas, hanya untuk memuaskan kesombongan mereka. Memainkan “kartu Taiwan” adalah jalan buntu bagi semua negara, termasuk Inggris Raya. [wip]