ISLAMTODAY ID-Komunitas Islam di Negeri Ginseng alami perkembangan pesat.
Banyak komunitas muslim yang membangun masjid dan menggerakkan organisasi untuk menyiarkan Islam di Korea Selatan.
Salah satu komunitas dakwah Islam adalah organisasi keagamaan dari Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU).
Mohamad Habibi, Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahlatul Ulama (PCINU) Korea Selatan membenarkan perkembangan pesat Islam di Korsel.
“Perkembangan Islam di Korsel itu sekarang mengalami peningkatan yang cukup drastis. Jadi, selain warga Muslim yang datang ke Korea juga banyak orang-orang Korea yang mulai mualaf,” ujar Habibi kepada Republika, beberapa waktu lalu.
Selain itu, alumnus Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo ini mengatakan, selama ini warga NU di Korsel aktif melakukan dakwah lewat pengajian di masjid-masjid.
Lebih lanjut, menurut dia, kedepannya NU juga akan mensyiarkan Islam lewat kebudayaan.
“Karena kebetulan baru dapat amanah sebagai ketua tanfidziyah, saya mencoba mencari cela-cela, kira-kira dakwah yang lewat kebudayaan. Kita masih formulasikan bersama kira-kira dakwah seperti apa yang bisa menarik orang-orang Korea,” ujar kandidat master di Kongju Nasional University Korea Selatan ini, seperti dilansir dari Republika, Kamis (4/11).
Dia mengatakan, di Korea Selatan banyak yang melakukan mix married.
Misalnya, orang Korea menikah dengan orang Islam asal Indonesia, baik yang laki-laki maupun perempuan.
Namun, kebanyakan orang Korea itu tidak mempercayai adanya Tuhan atau agnostik.
Karena itu, sebelum menikah mereka harus memeluk agama Islam dulu. Dengan banyaknya mix married ini, maka perkembangan Islam pun menjadi sangat pesat.
Dia menyebutkan, indikator perkembangan Islam di Korea Selatan antara lain yaitu yang pertama adalah masjid di Korea Selatan sekarang banyak sekali.
Masjid umat Islam yang dibangun orang Indonesia saja ada sekitar 90 masjid, belum lagi masjid yang dibangun umat Islam dari Bangladesh, Pakistan, negara Timur Tengah, dan lain-lain.
Jadi, teman-teman Muslim Indonesia di sini itu mayoritas adalah Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Karena sangat ingin beribadah, mereka bahkan sampai iuran menyewa ruko yang kemudian dikonversi menjadi masjid. Bahkan, beberapa ruko itu sudah ada yang dibeli secara permanen.
Mereka biasanya berkumpul di masjid itu setiap hari Sabtu dan Ahad.
Karena, Senin sampai Jumat mereka itu harus bekerja atau kuliah.
Jadi, saat kumpul bareng di akhir pekan itu, mereka melakukan sejumlah amaliah seperti tahlilan, yasinan, dan berzanji. Kemudian, habis itu biasanya masak bareng dan makan bareng.
“Sebenarnya kumpul-kumpul seperti itu saja sudah cukup mengobati rasa rindu mereka terhadap Indonesia. Selain itu, kegiatan kumpul-kumpul di masjid tersebut sebenarnya juga bisa membentengi mereka dari gaya hidup yang menghambur-hamburkan uang. Jadi, geliat-geliat agama Islam di sini progresnya sangat bagus,” papar dia.
Sementara, kata dia, umat Islam dari berbagai negara itu biasanya berkumpul di masjid permanen di daerah Ansan. Kota Ansan itu memang daerah yang terkenal dengan warga negara asingnya.
Masjid Ansan itu menjadi pusat ibadah kaum Muslimin dari berbagai negara.
Bahkan, imam masjid itu berasal dari beberapa negara, seperti dari Indonesia, Bangladesh, dan Pakistan.
(Resa/Republika)