ISLAMTODAY ID-China telah mengutuk keputusan Departemen Keuangan AS untuk memasukkan 34 perusahaan dan lembaga China ke daftar hitam, menyebut tuduhan bahwa mereka mengembangkan persenjataan “pengendali otak” “sama sekali tidak berdasar.”
Sebanyak 34 entitas, termasuk Akademi Ilmu Kedokteran Militer China (AMMS), ditambahkan ke daftar hitam pada hari Rabu (15/12) – melarang mereka membeli teknologi AS apa pun.
Sebelum penambahan hari Rabu (15/12), daftar hitam sudah berisi lebih dari 260 perusahaan China, termasuk produsen smartphone populer Huawei.
Kedutaan Besar China di Washington, DC mengecam keputusan AS sebagai “penindasan yang tidak beralasan” dan bersumpah untuk mengambil “semua tindakan penting” untuk melindungi bisnis China.
“Pengembangan bioteknologi China selalu untuk kesejahteraan umat manusia. Klaim yang relevan dari pihak AS sama sekali tidak berdasar,” ujar juru bicara Liu Pengyu dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (16/12), seperti dilansir dari RT, Jumat (17/12).
Liu membalas tuduhan Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo yang sebelumnya menuduh China mengembangkan bioteknologi untuk “mendukung militer China” dengan “yang diklaim sebagai persenjataan pengontrol otak”.
Raimondo mengklaim bahwa Beijing menggunakan teknologi mutakhir untuk mengendalikan pikiran atas “anggota kelompok etnis dan agama minoritas”, merujuk pada Muslim Uighur di provinsi Xinjiang, China.
Sementara itu, AS dan sekutunya menuduh pemerintah China melanggar hak asasi manusia kelompok etnis tersebut, dengan Washington menyatakan boikot diplomatik terhadap Olimpiade Musim Dingin mendatang di China dengan mengutip dugaan “kejahatan terhadap kemanusiaan” di Xinjiang.
Beijing dengan tegas membantah tuduhan itu, bersikeras bahwa masalah internalnya telah digunakan oleh Barat untuk manipulasi politik.
Minggu ini, AS juga memberlakukan sanksi terhadap empat perusahaan obat China, yang menganggap mereka bertanggung jawab atas perdagangan fentanil dan obat terlarang lainnya ke AS.
Langkah ini juga mendapat penolakan cepat dari Beijing, dengan juru bicara kementerian luar negeri China mencela sanksi tersebut sebagai “tindakan yang salah” dan mendesak Washington untuk “mencari penyebab penyalahgunaan fentanil dari dalam” negara tersebut.
(Resa/RT)