ISLAMTODAY ID-Perdana Menteri Israel hadapi tekanan dari Amerika Serikat (AS) untuk menunda pertemuan mengenai pembangunan pemukiman Yahudi di area E1 Tepi Barat Palestina yang dijadwalkan pada 12 Juni 2023.
“Keputusan untuk menunda pertemuan mengenai area E1, yang menghubungkan Yerusalem Timur yang diduduki dengan pemukiman Maale Adumim, menyusul panggilan telepon antara Netanyahu dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken,” ungkap pejabat AS, seperti dilansir dari The Cradle, Sabtu (10/6/2023)
Seperti yang dilaporkan oleh Axios, keputusan untuk menunda pertemuan hari Senin (12/6/2023) datang karena Netanyahu tampaknya berusaha memperbaiki hubungan dengan Washington menyusul upayanya untuk meloloskan undang-undang perombakan yudisial setelah dia kembali berkuasa sebagai perdana menteri pada bulan Desember.
Untuk diketahui, Presiden Biden menolak mengundang Netanyahu untuk berkunjung ke Gedung Putih menyusul hasil pemilihannya. Pejabat Gedung Putih mengatakan pada bulan Maret bahwa Netanyahu tidak akan mendapatkan undangan “dalam waktu dekat.”
Di sisi lain, Netanyahu telah ditekan oleh elemen pemukim ultra-nasionalis dari pemerintahannya yang dipimpin oleh Bezalel Smotrich, Menteri Keuangan Israel dan wakil menteri di Kementerian Pertahanan untuk mewujudkan rencanan E1nya.
Kelompok advokasi pemukim Smotrich yang didanai publik, Regavim, telah mengajukan petisi kepada Mahkamah Agung Israel untuk mengesahkan penghancuran Khan al-Ahmar, sebuah desa kecil di daerah E1 yang merupakan rumah bagi 250 warga Palestina dari suku Bedouin Jahalin.
Namun, Netanyahu enggan mengizinkan penghancuran desa karena takut akan reaksi internasional.
Untuk diketahui, pembangunan permukiman baru di E1 merupakan proyek kolonial pemukim ilegal Zionis karena akan membelah Tepi Barat menjadi dua.
Selain itu, proyek ini diduga akan memblokir integritas wilayah Palestina, dan menghancuran 19 desa Badui di E1 (rumah bagi sekitar 3.700 warga Palestina).
(Resa/The Cradle)