(IslamToday ID)–Pada tanggal 14 Juni, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg berulang kali bersikeras untuk memberikan kemudahan kepada Ukraina menjadi negara anggota NATO. Akan tetapi menariknya, pimpinan NATO, Amerika Serikat (AS) menolak usulan tersebut.
Anggota NATO seperti Prancis dilaporkan juga telah menyetujui kemungkinan mempercepat aksesi keanggotan Ukraina ke NATO, dengan alasan menghindari memicu konflik langsung dengan Moskow.
Paul E. Vallely, pensiunan mayor jenderal Angkatan Darat AS menyebut langkah NATO dan Prancis sangat naif jika percaya bahwa keanggotaan Ukraina di NATO entah bagaimana dapat mengakhiri konflik, kata
“Itu tidak masuk akal. Putin tidak akan setuju dengan itu. Jadi itu tidak akan terjadi. Maksud saya, mereka dapat mencoba memasukkan [Ukraina] ke dalam NATO, tetapi kenyataannya itu akan meningkatkan konflik” , kata Vallely yang dilansir Sputnik.
Kekuatan Barat harus “mundur” dan “memahami bahwa itu tidak akan terjadi dan itu tidak boleh terjadi,” tegas pengamat itu.
Jika integrasi Ukraina ke dalam NATO berlanjut, itu akan memberi Moskow pembenaran untuk memperluas operasi militernya,
David T. Pyne, sarjana Satuan Tugas EMP dan mantan perwira DoD, mengatakan bahwa di balik layar, anggota NATO tahu bahwa keanggotaan untuk Kiev adalah omong kolong belaka, dan selalu begitu.
“Pernyataan Macron bahwa menurutnya dukungan Prancis untuk keanggotaan Ukraina di NATO akan membawa Rusia ke meja perundingan tidak masuk akal. Biden, Inggris, dan Zelensky-lah yang telah menolak semua upaya Rusia perundingan perdamaian”
Pyne juga mengaskan jika bukan karena keputusan AS, dan NATO yang terus mengirimkan bantuan militer dan keuangan ke Ukraina, sebenarnya perang dapat berakhir 14 bulan lalu, dan ratus ribu nyawa baik dari pihak Rusia dan Ukraina bisa terselamatkan .
Menariknya, Pyne menjabarkan bahwa AS sebagai pemimpin NATO malah bersikap menolak keanggotaan Ukraina di dalam NATO dengan mengatakan tidak ada pelonggaran persyaratan bagi Ukraina bila ingin gabung NATO.
“Pemerintahan Biden dan banyak anggota NATO, termasuk Jerman, Hungaria, dan Turkiye sangat memahami bahwa keanggotaan NATO untuk Ukraina akan secara efektif berarti perang dengan Rusia dan mereka sangat ingin menghindarinya.” tambah Pyne.
Tangan-tangan NATO Ciptakan Perang Rusia-Ukraina
Aliansi Barat mengatur panggung untuk krisis perang saat ini sejak tahun 2008, ketika blok tersebut setuju bahwa Ukraina dan Georgia pada akhirnya harus menjadi anggota NATO.
Rusia berulang kali memperingatkan bahwa mereka akan bertindak jika NATO melewati “garis merah” keamanannya di Ukraina, menekankan bahwa peralatan militer dan rudal NATO yang dikirim ke Ukraina akan merusak keamanan strategis Rusia.
Pada akhir 2021, ketika Kiev mempersiapkan serangan untuk menghancurkan Donbass, Rusia segera mengirimkan proposal keamanan komprehensif yang dirancang untuk meredam ketegangan yang saat itu terjadi dengan Ukraina. ,
Washington dan Brussel menolak keras proposal tersebut, mengatakan aliansi tidak akan mengubah kebijakan “pintu terbuka”. Beberapa minggu kemudian, Eropa Timur dilanda konflik militer yang menciptakan krisis bagi dunia. [sya]