(IslamToday ID) – Peretasan yang menyasar kelompok antikorupsi kembali terjadi. Jika sebelumnya menyasar sejumlah aktivis, kali ini giliran akun Instagram milik rumah produksi film dokumenter WatchDoc diretas.
Username akun tersebut diganti menjadi “watchwatchwatchhehe”, begitu juga dengan nama profilnya yang menjadi “dogwatch”.
Pendiri WatchDoc yang juga jurnalis senior, Dandhy Dwi Laksono menilai, peretasan yang menyasar kelompok antikorupsi ini bukanlah pekerjaan orang iseng.
“Rangkaian peretasan yang terjadi dengan target yang terlihat benang merahnya seperti ini, sulit disebut usaha peretasan random,” kata Dandhy seperti dikutip dari Kompas, Senin (7/6/2021).
“Yang terjadi pada akun WatchDoc juga sulit disimpulkan sebagai pekerjaan orang iseng,” tambahnya.
Dandhy pun mengatakan, pihaknya telah berusaha menerapkan standar keamanan digital sejak menggelar nonton bareng film “Sexy Killers” di tahun 2019 hingga “Kinipan” pada 2021.
Melalui unggahannya di Twitter, Dandhy mengatakan, selain akun Instagram WatchDoc, akun Twitter @KPK_EndGame juga dirusak peretas.
Akun tersebut kini dipulihkan, dan berganti nama menjadi @KPK_EndGame2021.
Selain aksi peretasan oleh orang tak dikenal, kata Dandhy, panitia nonton bareng atau nobar film KPK The End Game di Pontianak juga mendapat teror.
Namun demikian, Dandhy tak menjelaskan teror yang dimaksud. Meski mendapat teror, pelaksanaan nobar film KPK The End Game terus berlangsung.
Seperti diketahui, film KPK The End Game merupakan dokumenter yang bercerita tentang kesaksian para pegawai KPK yang dinyatakan tidak lulus dalam tes wawasan kebangsaan (TWK).
Dukungan Jaringan Masyarakat Sipil
Jaringan Masyarakat Sipil Nasional menyatakan keprihatinan terhadap berbagai upaya peretasan terhadap anggota Gerakan Antikorupsi (Gertak) Kalimantan Barat (Kalbar) saat menyelenggarakan nonton bareng atau nobar film dokumenter KPK End Game.
“Kami turut mendukung upaya-upaya Gertak Kalbar dalam menyuarakan gerakan antikorupsi,” kata Direktur Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Asfinawati dalam keterangannya seperti dikutip dari Tempo, Senin (7/6/2021).
Jaringan masyarakat sipil ini terdiri atas Aksi Kamisan Nasional dan Seluruh Indonesia, YLBHI, KontraS, Lokataru, SAFENet, Watchdoc, Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Walhi, ICW, Jatam, Serikat Jurnalis untuk Keberagaman, dan SADAP Indonesia.
Asfinawati menceritakan, Gertak Kalimantan Barat sebelumnya menyelenggarakan aksi mimbar bebas pada Kamis, 3 Juni 2021 dan nobar serta diskusi film “The End Game: Ronde Terakhir Melawan Korupsi” produksi Watchdoc, pada Sabtu (5/6/2021) sebagai upaya menyuarakan penolakan terhadap upaya pelemahan KPK.
Namun, beberapa anggota Gertak mengalami upaya peretasan, food bombing, penyebaran data pribadi (doxing), hingga teror digital berupa telepon (robocall) dari berbagai nomor tidak dikenal.
Asfin mengatakan, salah satu anggota Gertak yang sedang mengikuti aksi mimbas bebas mengalami food bombing melalui layanan aplikasi yang sudah tidak dipakai sejak 2020. “Dia mengalami kerugian ratusan ribu rupiah karena terpaksa membayar empat pesanan palsu makanan ke alamatnya secara berturut-turut,” ujarnya.
Peretas juga memesan angkutan melalui aplikasi online, tetapi dibatalkan oleh pengemudi. Upaya peretasan, menurut Asfin, masih terus dialami anggota Gertak tersebut melalui nomor WhatsApp (WA) yang tertera sebagai narahubung nobar dan diskusi film KPK: End Game.
Seorang anggota Gertak lainnya juga menjadi sasaran upaya peretasan. Ia mengalami robocall, dan puluhan nomor tak dikenal terus bergantian menelepon. Sedangkan seorang anggota lain yang sebagai moderator diskusi mendapati permintaan one time password (OTP) melalui pesan singkat (SMS) dan telepon, sebagai indikasi upaya mengambil alih akun. Hal tersebut berulang kali terjadi hingga Sabtu kemarin.
Bahkan, kata Asfin, dua pemantik diskusi yang salah satunya adalah anggota Gertak dan dosen IAIN Pontianak terus mendapati robocall mulai sebelum, saat, hingga setelah nobar film. “Orang tua satu di antara dua pemantik mendapat bombing promo melalui smartphone,” katanya.
Anggota Gertak lainnya juga ada yang mengalami intimidasi secara langsung. Asfin mengungkapkan bahwa korban didatangi orang tidak dikenal yang menanyakan seputar keikutsertaan di aksi Kamisan dan keberadaan seorang anggota Gertak Kalbar.
Asfin menuturkan, upaya-upaya peretasan, food bombing, doxing, dan robocall merupakan tindakan tidak terpuji, yang diduga bertujuan menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan kepada masyarakat sipil pegiat antikorupsi.
Ia dan sejumlah lembaga sipil akan terus mendukung Gertak Kalbar dalam menyuarakan gerakan pemberantasan korupsi. “Mengingat korupsi merupakan pukulan mundur bagi penegakan demokrasi di Indonesia. Berbagai kalangan hendaknya bersama-sama mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi,” kata Asfin soal serangan digital terhadap panitia nonton bareng KPK: End Game. [wip]