(IslamToday ID) – Akademisi Rocky Gerung pernah disarankan Presiden Jokowi agar diberi tanda kehormatan Bintang Mahaputera Nararya. Hal itu diungkapkan oleh Menko Polhukam Mahfud MD dalam podcast yang disiarkan di YouTube Sekretariat Negara RI.
Mahfud mengklaim Jokowi tidak bermaksud mengejek saat mengusulkan nama Rocky. “Pak Jokowi sambil bergurau, ‘carilah orang yang berprestasi, yang kritis, yang pinter, misalnya Rocky Gerung. Kenapa Rocky Gerung enggak diusulkan?’,” katanya menirukan Jokowi.
Pada akhirnya, Mahfud mengatakan Bintang Mahaputera Nararya diberikan kepada mantan pimpinan DPR Fadli Zon dan Fahri Hamzah. Penghargaan ini diberikan kepada mereka karena kritis terhadap pemerintah saat menjadi pimpinan DPR periode 2014-2019.
“Ketika dia (Fadli dan Fahri) bicara sangat kasar sekali, diberi Bintang Mahaputera,” ujarnya dikutip dari CNN Indonesia.
Dikutip dari laman Sekretariat Negara, Bintang Mahaputera merupakan tanda kehormatan dari presiden untuk mereka yang berjasa luar biasa guna keutuhan, kelangsungan, dan kejayaan bangsa dan negara.
Bintang Mahaputera merupakan tanda kehormatan tertinggi yang diberikan setelah Bintang Republik Indonesia. Tanda kehormatan ini diatur dalam UU No 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.
Bintang Mahaputera ini dianugerahkan pertama kalinya pada tahun 1959. Bintang Mahaputera memiliki lima kelas, yaitu Bintang Mahaputera Adipurna, Bintang Mahaputera Adipradana, Bintang Mahaputera Utama, Bintang Mahaputera Pratama, dan Bintang Mahaputera Nararya.
Seseorang yang mendapatkan Bintang Mahaputera Adipurna dan Adipradana akan disematkan berbentuk pita selempang di pundak kanan ke pinggang kiri. Sedangkan Bintang Mahaputera Utama, Pratama, dan Nararya berpita kalung.
Presiden tak bisa secara sembarangan memberikan penghargaan ini. Seorang tokoh dianugerahi bintang berdasarkan pertimbangan Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan kepada Presiden RI.
Seseorang yang diberikan pun harus memenuhi pelbagai syarat umum dan khusus yang diatur dalam UU. Syarat umumnya meliputi WNI atau seseorang yang berjuang di wilayah yang sekarang menjadi wilayah NKRI, memiliki integritas moral dan keteladanan, berjasa terhadap bangsa dan negara.
Kemudian berkelakuan baik, setia, tidak mengkhianati bangsa dan negara, tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang diancam dengan pidana penjara paling singkat lima tahun.
Sementara syarat khusus bagi warga yang berhak mendapatkan tanda penghargaan ini di antaranya berjasa luar biasa di berbagai bidang yang bermanfaat bagi kemajuan, kesejahteraan, serta kemakmuran bangsa dan negara.
Selanjutnya, pengabdian dan pengorbanannya di bidang sosial, politik, ekonomi, hukum, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, serta beberapa bidang lain yang besar manfaatnya bagi bangsa dan negara; memiliki darmabakti dan jasa diakui secara luas di tingkat nasional dan internasional.
Beberapa tokoh ternama yang mendapatkan Bintang Mahaputera Nararya di antaranya budayawan dan tokoh katolik Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau Romo Mangun pada 2000. Kemudian budayawan lain seperti Umar Kayam pada 1999, Sutan Takdir Alisjahbana pada 2000, dan HB Jassin pada 1994.
Dari kalangan politikus, nama mantan pimpinan DPR seperti Fadli Zon dan Fahri Hamzah sama-sama mendapatkan tanda jasa ini pada 2020 lalu. Kemudian mantan Menkes Terawan Agus Purwanto pada 2013 lalu. [wip]