(IslamToday ID) – Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Mohammad Javad Zarif berkunjung ke Indonesia untuk bertemu dengan Presiden Jokowi dan Menlu Retno Marsudi, Senin (19/4/2021). Namun berbeda dengan lawatan dan pertemuan diplomat tinggi lainnya, tidak ada konferensi pers yang dilangsungkan usai pertemuan itu.
Kemenlu Indonesia hanya mengeluarkan pesan singkat di Twitter tentang pertemuan yang sudah berlangsung. Bahwa keduanya membahas kerja sama dua negara dalam bidang kesehatan dan ekonomi, khususnya dalam upaya bersama mengatasi pandemi dan mempercepat pemulihan ekonomi.
Pernyataan singkat serupa juga dikeluarkan Menlu Retno Marsudi di akun Twitternya.
Informasi yang lebih rinci justru disampaikan oleh Kemenlu Iran yang menyoroti hubungan kedua negara selama lebih dari 70 tahun. Iran menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Indonesia atas kegigihan sikap di Dewan Keamanan PBB untuk mempertahankan Rencana Tindakan Komprehensif Bersama (JCPOA) dan penerapan resolusi 2231 yang dikeluarkan dewan itu.
JCPOA adalah rencana aksi yang disepakati Iran bersama enam negara adidaya di dunia pada tahun 2015 untuk tidak meningkatkan pengayaan uranium untuk senjata nuklir. Dan sebagai imbalannya, negara-negara adidaya itu mencabut sanksi-sanksi ekonomi yang telah melumpuhkan negara berpenduduk 82,9 juta jiwa itu.
Javad Zarif mencuit itu di akun Twitternya hari Senin (19/4/2021) beberapa saat setelah bertemu Menlu Retno Marsudi.
Kemenlu Iran juga menyampaikan kegembiraannya dengan peningkatan kerja sama perdagangan dan finalisasi beberapa perjanjian perdagangan penting Indonesia-Iran.
Dikutip dari situs resmi Kemenlu RI, Indonesia-Iran merupakan dua negara yang bersahabat sudah lama. Beberapa hubungan bilateral antara Indonesia dan Iran sebagai berikut:
Politik
Hubungan diplomatik Indonesia-Iran dibuka pada 1950 pada tingkat kedutaan. Kemudian pada 1960 Kedutaan RI dinaikkan tingkatnya menjadi Kedutaan Besar RI. Hubungan politik kedua negara berjalan dengan baik yang ditandai dengan saling kunjung kepala negara atau pemerintahan.
Kedua negara saling memberikan dukungan dalam pencalonan pada jabatan atau keanggotaan organisasi internasional. Sejak Februari 2006, kedua negara telah memiliki persetujuan bilateral yang membebaskan visa bagi pemegang paspor diplomatik dan dinas.
Selain itu, kedua pemerintahan telah mengesahkan kebijakan pemberian visa on arrival bagi pemegang paspor biasa bagi kedua negara yang melakukan kunjungan singkat ke Indonesia dan Iran.
Ekonomi dan Perdagangan
Volume perdagangan kedua negara terus menunjukkan peningkatan. Ekspor utama Indonesia ke Iran yakni kertas dan produknya, karet, peralatan rumah tangga, cokelat bubuk, biji kopi, karton, dan produk kayu. Sedangkan ekspor Iran ke Indonesia yaitu besi baja setengah jadi, alumunium, LPG, etilen, propilen, karpet dan gilim, lampu kerajinan tangan, dan kacang-kacangan.
Dilansir dari situs resmi DPR RI, Wakil Ketua DPR RI Utut Adianto berharap Indonesia dan Iran dapat mengembangkan dan meningkatkan potensi hubungan bilateral, terutama di bidang ekonomi.
Kedua negara berkeinginan untuk memperluas hubungan perdagangan dan kerja sama lebih kuat dalam industri minyak atau crude palm oil (CPO). Delegasi Iran membuka peluang untuk melakukan ekspor CPO secara langsung tanpa pihak ketiga. Hal ini merupakan peluang positif bagi Indonesia.
Sektor Pariwisata
Berdasarkan catatan KBRI, dalam tiga tahun terakhir rata-rata menerbitkan sekitar 500 visa berbagai jenis per tahun. Umumnya wisatawan Iran berkunjung ke Indonesia bukan hanya untuk berlibur, melainkan juga berdagang.
Mereka datang ke Indonesia untuk berbelanja di pusat-pusat perdagangan. Untuk meningkatkan kerja sama pariwisata, telah ditandatangani MoU Kerja Sama Pariwisata Indonesia-Iran pada Desember 2002.
Kesepatan tersebut menjadi peluang perluasan hubungan bilateral di bidang pariwisata dan bidang lain yang terkait. Dikutip dari Antara (29 Agustus 2019), pemerintah Indonesia dan Iran membahas upaya untuk memperkuat hubungan udara.
Perundingan tersebut dikemukakan dalam pertemuan ke-5 Konsultasi Konsuler Indonesia-Iran pada 26-28 Agustus 2019 di Yogyakarta.
Delegasi Iran menyampaikan permintaan untuk membuka jalur penerbangan antara Indonesia dan Iran, selain itu Iran juga mengajukan permintaan untuk membuka rute penerbangan langsung antara Teheran-Jakarta atau Teheran-Bali oleh maskapai Iran, Mahan Air.
Sebelumnya, maskapai tersebut sudah pernah terbang ke Indonesia secara perdana dengan sistem sewa pada 19 Maret 2018.
Sosial Budaya
Di bidang penerangan kedua pemerintah telah melakukan MoU yang ditandatangani pada 1991, hubungan dalam bidang ini juga didukung kesepakatan kerja sama dalam kerangka OKI dan GNB.
Hubungan sosial budaya tersebut secara nyata terwujud dalam partisipasi sejumlah kegiatan, seperti MTQ Internasional, olimpiade matematika dan kimia yang diselenggarakan setiap tahun di Iran.
Disadur dari situs resmi Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia, dalam bidang kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), Indonesia dan Iran telah memulai penandatanganan MoU per 2006 dan membentuk Komite Iptek Bersama sejak 2008.
Pada Oktober 2017 keduanya bertemu dan menghasilkan beberapa rencana kegiatan, yaitu pembentukan Indonesia Iran University Networking, pelaksanaan Indonesia Iranian Joint Symposium back to back, pertemuan ke 6 Komite Kelompok Kerja Iptek Indonesia Iran di Indonesia pada semester 1 tahun 2019. Serta implementasi Mobility Program antara lain partisipasi para peneliti dan stakeholder Indonesia pada forum International Seminar.
Mengenai kegiatan promosi Indonesia, KBRI secara aktif mengikuti berbagai pameran yang menampilkan potensi ekonomi sekaligus memperkenalkan budaya Indonesia secara sinergis.
Pertahanan dan Keamanan
Di bidang pertahanan berjalan dengan cukup baik, ditandai dengan saling menempatkan Atase Pertahanan pada masing-masing kedutaan besar. Namun, kerja sama militer sejauh ini masih belum terlalu banyak.
Tawaran kerja sama pendidikan setingkat Sesko oleh Indonesia belum menjadi prioritas karena masalah bahasa. Di sisi lain, Iran merupakan negara yang memiliki potensi khusus di bidang peroketan dan peluru kendali. Kesempatan ini cukup positif bagi Indonesia jika dilakukan kerja sama dalam meningkatkan kemampuan di bidang persenjataan.
Iran Raih Manfaat dari Indonesia
Soal pertemuan Retno dan Zarif tersebut, pengamat Timur Tengah di Universitas Indonesia (UI) Yon Machmudi menilai hubungan Indonesia dan Iran mengalami peningkatan dalam beberapa tahun belakangan.
Ditambahkannya, Iran merasa mendapat manfaat dengan sikap Indonesia terkait dengan perjanjian tentang nuklir Iran yang ditandatangani di Wina, Austria, pada pertengahan 2015. Karena itu, Iran proaktif melakukan pendekatan terhadap Indonesia karena posisi Indonesia yang cukup penting di dunia internasional.
“Sebenarnya hubungan itu selalu menjaga antara bagaimana kedekatan Indonesia dengan Saudi misalnya, Indonesia dengan Amerika. Tentu Indonesia tidak bisa sepenuhnya menunjukkan keberpihakan kepada Iran. Tentu Indonesia harus menjaga keseimbangan, tetap menjadikan Iran mitra penting, Saudi juga penting, dan negara yang lain (juga penting),” kata Yon seperti dikutip dari VOA.
Lebih jauh Yon menjelaskan keterbatasan hubungan kedua negara ketika Iran dijatuhi sanksi ekonomi, karena setiap negara dan individu yang berhubungan dengan negara itu juga mendapat tekanan.
Yon menilai Indonesia sudah menyampaikan posisi yang cukup objektif dengan mendorong perbaikan hubungan negara-negara lain dengan Iran.
Ia menekankan Indonesia memang perlu menjaga hubungan baik dengan Iran yang memiliki kepentingan-kepentingan ekonomi strategis. Apalagi posisi Iran sebagai pengekspor minyak yang memang dibutuhkan oleh Indonesia, serta ada potensi yang kuat di bidang ekonomi dan perdagangan.
Oleh karena itu, lanjutnya, Indonesia berkepentingan membantu Iran untuk berunding terkait sanksi ekonomi itu.
Terkait isu nuklir Iran, Indonesia harus bisa meyakinkan Iran untuk mematuhi perjanjian internasional soal pengayaan uranium dan tidak mengarah pada produksi senjata nuklir.
“Indonesia juga tentu bisa meyakinkan mitranya bahwa Iran, kalau memang harus ditingkatkan dan Indonesia merasa yakin yang dilakukan Iran adalah nuklir untuk kemanusiaan bukan untuk persenjataan, harus bisa meminta negara-negara lain untuk melanjutkan perjanjian mengenai nuklir Iran agar sansi terhadap Iran minimal tidak diteruskan, tetapi diberikan keleluasaan bagi Iran untuk pengembangan ekonominya ke depan,” jelas Yon.
Pada 2020, Indonesia dan Iran memperingati 70 tahun hubungan diplomatik. Total perdagangan kedua negara tahun lalu meningkat 52 persen, yaitu mencapai 215 juta dolar AS dari nilai tahun 2019 sebesar 141,60 juta dolar AS. [wip]