(IslamToday ID) – Ketua Bidang Kehormatan DPP PDIP Komarudin Watubun mengatakan belum digulirkannya hak angket di parlemen hingga saat ini bukan karena ada setrum-setrum atau penggembosan, tetapi memang belum saatnya.
“Politik itu soal momentum. Saya yakin 200 persen Megawati itu setia pada konstitusi. Sekarang ini proses sedang berlangsung dan proses hak angket itu tidak bisa orang dengar di jalan langsung kita angket. Tidak seperti itu,” kata Komarudin dikutip dari YouTube KOMPASTV, Selasa (19/3/2024).
Hak angket, menurutnya, harus dipikirkan dan direncanakan secara matang, tidak bisa serta-merta terjadi dan digulirkan.
“Hak angket ini harus melalui sebuah proses konstitusional. Makanya ini berproses, apalagi hasil pemilu amburadul. Jadi mau diuji atau tidak diuji, orang harus tahu dulu (hasil pemilu). Baru mau uji ke MK atau ke hak angket,” jelasnya.
Meski hingga saat ini hak angket belum digulirkan, namun pihaknya menolak apabila dikatakan tidak serius atau ada upaya untuk bergabung menjadi koalisi dalam pemerintahan ke depan.
“Tidak, kita harus terdepan, kenapa PDIP perjuangkan? Karena tidak punya pilihan lain. Kemarin kita dukung Ganjar-Mahfud. Itu kan soal pilihan ideologi. Jadi aneh bin ajaib kalau sekarang kita ikut-ikut ramai lagi bergabung, itu menurut saya tidak bisa diterima secara akal sehat,” ujarnya.
“Sebagai anggota Fraksi PDIP di DPR tentu saya dorong dan minta Ibu (Megawati). Ini satu-satunya jalan untuk menunjukkan kredibilitas PDIP. Pertama, aspek kostitusionalitas supaya rakyat di bawah jangan dibenturkan untuk urusan-urusan ini,” lanjutnya.
Menurut Komarudin, hak angket juga sebagai cara ampuh untuk menyelesaikan upaya saling tuduh karena belum tentu juga presiden bersalah.
“Seperti soal bansos walaupun bansos ini dibagikan sampai menjelang pemilihan. Sesudah itu tidak dibagi lagi. Mari kita uji di institusi resmi,” ujarnya.
Hak angket juga dimaksudkan sebagai alat penyelesaian segala permasalahan yang terjadi, sehingga tidak ada lagi ungkapan membangun negara di atas bangkai-bangkai.
“Sejarah Indonesia ini selalu dibangun di atas bangkai, makanya tidak pernah cita-cita menjadi negara emas. Tahun 1965 kita tidak selesaikan masalah. Bung Karno lengser kita jalan terus seolah-olah tidak ada masalah. Pak Harto datang dengan Bapak Pembangunan. Apa yang dibangun selama 30 tahun malah turun lagi di 1998, pecah. 1998 Ke sini sekarang dihancurkan lagi. Kalau Pak Presiden (Jokowi) ingin menjadi good father semua masalah ini harus diselesaikan, misteri ini harus dijawab. Supaya kalau dia naik dengan bagus, jangan sampai di akhir jabatan ini menjadi pilu, sedih,” bebernya. [ran]